Mama Obat Kesembuhan Ku 2 - 4



Dokter lalu menyerahkan gelas dan formulir ke mama. Setelah itu kami keluar ruangan dokter. Mama menunggu sementara aku diambil darah.


Terasa keheningan yang mencekam di mobil saat pulang. Mungkin akibat kata-kata dan perintah dokter. Mama bakal membantuku masturbasi, bahkan melihatku keluar. Selama ini aku selalu melakukannya sendiri tanpa mau ada yang tahu. Tapi kini, aku malu sekaligus senang.


Keheningan akhirnya pecah oleh suara mama yang bicara tegas tanpa malu. Kita harus melakukan apa kata dokter agar kamu kembali normal. Mama mungkin tak merasa nyaman tapi mama semua harus dilakukan.


Iya, makasih mah. suaraku canggung.


Kita bicarakan lagi dirumah soal pengaturan untuk mengumpulkan… eh.. tahu kan… spermamu. Kita bicara sehabis makan. Kita mungkin mulai mengambil sampel esok. Jadi jika kamu mau mempersiapkan diri, bilang saja. Tapi mungkin kita bisa melakukan uji coba malam ini. Agar kamu bisa terbiasa dengan mama saat kamu sedang ng…


Aku belum pernah mama mengucapkan kata-kata itu. pnisku jadi tegang. Begitu sampai, kututup selangkangan dengan jaket. Di kamar aku langsung masturbasi hingga keluar banyak. Sejam kemudian aku kembali keluar setelah memikirkan mama yang akan menyentuh pnisku. Testisku tak lagi sakit, kurasa aku masih sanggup masturbasi sekali lagi, tapi kutahan buat nanti.


Kali ini kami makan malam di depan tv. Setelah makan mama bicara, bereskan semua, setelah itu kembali ke sini.


Aku beres-beres lalu kembali ke ruang tv.


Sini duduk di sini.


Mama duduk di sofa, lalu menyuruhku duduk di sampingnya.


Kita mesti lakukan apa kata dokter. Karena tak tiap orang mengerti kalau ini demi kesehatan, kamu gak boleh bicarain kecuali sama dokter Tari. Paham? suaranya tegas seperti biasa.


Iya mah, jawabku patuh.


Sekarang kamu gak perlu malu sama mama. Mama udah ratusan kali liat tubuhmu. Meski mama belum liat lagi saat kamu gede atau saat lagi masturbasi. Apa yang kita diskusikan atau lakukan sekarang murni karena medis. Jadi gak perlu malu sama mama.


Iya mah.


Sekarang jawab mama. Bagaimana biasanya kamu masturbasi, apa yang membuatmu terangsang? suara mama layaknya seorang guru yang sedang mengajar.


Eh… aku mencoba tak malu, namun belum berhasil.


Ayo, jangan malu, mama mencoba menyemangati. Mama tahu remaja seusiamu udah pernah liat porno.


Iya mah. Yusup punya film porno. Setelah itu biasanya Yusup masturbasi di kamar mandi. Sperma Yusup muntahkan ke handuk khusus. Biar gak tercampur sama handuk biasa.


Mama senang kamu suka kebersihan. Namun mama tak mamu membantu saat kamu sedang melihat yang seperti itu. Mama bahkan gak mau ada saat kamu sedang nonton.


Aku tersipu malu.


Tapi mama mesti bantu kamu agar spermamu masuk ke gelas. Jadi mama mesti liat kamu telanjang dan liat penismu ereksi, memegang dan memberi rangsangan hingga spermamu masuk ke gelas.


Kamu juga perlu rangsangan secara visual, kita tak bisa menghindarinya. Karena kamu udah jujur sama mama, mama juga akan jujur sama kamu. Ayahmu dulu suka kalau mama memakai pakaian yang merangsang sebelum memulai hubungan badan. Mama berhenti sejenak. Mama tak keberatan kembali memakainya demi kamu.


pnisku benar-benar sudah keras saat mama bicara. Aku tak percaya pendengaranku. Jadi mama suka memakai lingerie. Apalagi mama siap memakainya lagi.


Kamu setuju?


Tentu saja aku setuju, tapi aku mencoba menahan agar tetap terlihat tenang. Iya mah, Yusup setuju jika mama tak keberatan.


Sekarang kita tentukan aturannya. Mama mungkin membiarkan kamu menyentuh mama jika itu bisa membuatmu cepat keluar. Mama gak ingin aktifitas ini mengganggu aktifitas kita sehari-hari, maka mama ingin agar kamu cepat keluar. Tapi kamu boleh nyentuh setelah minta izin dulu ke mama. Atau setelah mama bilang kamu boleh dan di mana yang boleh kamu sentuh.


Aku menelan ludah.


Kedua, biar gak baku. Sebaiknya kita kesampingkan kata-kata penis dan sperma. Kalau kamu mau, kamu boleh berkata layaknya anak seusiamu, misal pnis, momok, susu, pantat, dengan seizin mama tentu. Paham?


Aku tak percaya mama mengeluarkan kata-kata itu. Aku hanya bisa mengangguk dalam keterkejutanku.


Sekarang, ada yang mau kamu tanyakan?


Aku masih linglung menghadapi kenyataan ini, sekarang Yusup gak bisa memikirkannya mah. Tapi mungkin nanti.


Bagus. Sekarang kita rencanakan untuk mengambil sampel di pagi dan malam hari. Berapa kali biasanya kamu keluar saat malam?


Biasanya tiga kali.


Cukup banyak. Sekarang coba kita lihat apa yang terjadi. Kamu mesti bangun lebih awal kalau mama kerja agar kita bisa melalukan tes ini.


Iya mah.


Apa kamu perlu keluar sekarang?


Tentu saja, pnisku sudah tegang. Iya mah. aku berusaha terdengar sopan dan dingin.


Sekarang kamu ke kamar, lepas pakaianmu lalu berbaring di kasurmu. Oh ya, sebelumnya bersihkan dulu di kamar mandi. Setelah itu tunggu mama datang membawa gelas.


Aku bangkit. Mama pasti melihat gundukan di celanaku namun mama tak berkata-kata. Gak masalah kan sebentar lagi mama bakal melihat seluruhnya. Aku naik lantas ke kamar mandi membersihkan diri. Setelah itu aku telanjang dan berbaring di kasur. Aku mencoba membayangkan apa yang bakal mama pakai.


Setelah beberapa saat, terdengar ketukan di pintu.


Kamu siap nak?


Iya mah.


Pintu terbuka. Kulihat mama memakai bh dan cd hitam. Mama melihat pnisku yang tegang. Mama menarik nafas.


Kamu udah terangsang ya. Sepertinya kamu tak butuh rangsangan lagi saat ini.


Aku memperhatikan saat mama melangkah mendekatiku. Bhnya jelas tak bisa menampung susu mama yang besar. Bh dan cdnya merupakan tipe biasa, cuma warnanya saja yang hitam. Mama lalu berdiri di samping sementara aku berbaring di kasur. Tangannya memegang gelas.


Kamu benar-benar tumbuh, beda dengan saat mama terakhir liat kamu telanjang, kata mama sambil menatap pnisku. Lalu mama menatap mataku. Aku seperti melihat tatapan yang belum pernah kulihat sebelumnya.


Sekarang mama akan kocok pnismu agar pejumu masuk ke gelas. Kamu boleh menyentuh bagian bawah mama jika itu bisa membantumu.


Mama berdiri sejajar dengan dadaku lalu membungkuk hingga pantatnya mudah kuraih. Kepalanya ke arah kakiku. Tangan mama mulai membelai pnisku. Tangan lainnya meletakan gelas diantara pahaku. Tapi gelas itu tak menyentuhku.


Kulihat susunya terbungkus bh tergantung di atas perutku saat mama menyentuhku. Aku menyadari susunya mungkin lebih besar dari yang terlihat.


Ayo, kamu boleh menyentuh pantat mama. Tapi kamu mesti bilang kalau mau keluar.


Aku menatap pantat mama. Bulat dan indah dicengkram cdnya. Belaian tangan mama di pnis membuatku serasa di nirvana. Lembut pada awalnya, sentuhan mama mulai berganti dengan kocokan. Tangan kiriku mulai membelai pantat mama melingkar. Aku ingin meremasnya namun tak berani.


Aku sadar pertahannku takkan lama. Baru kira-kira satu menit aku lantas bicara, Yusup mau keluar mah.


Mama meraih gelas lalu memasukan helm pnis ke gelas sementara tangan lain tetap mengocok pnisku.


Aku memejamkan mata sambil tetap mengelus pantat mama. Oh… Yusup keluar… muncratlah spermaku.


Tangan mama membuat pnisku mengarah ke gelas. Setelah selesai, mama mengusap pnis hingga tetesan sisanya berada di telunjuk mama. Lalu mama masukan ke gelas.


Bagus nak. Kita punya sampel, kata mama sambil menunjukan gelas penuh peju. Peju itu mencapai garis tertentu yang tertanda di samping gelas itu. Kegiatan ini berjalan lancar. Kamu bersih-bersih dulu, mama juga mau bersih-bersih. Mama bangkit lalu berjalan menuju pintu. Mataku tak lepas dari pantat mama yang tak mau diam saat mama melangkah.


Apa yang akan terjadi selama dua minggu ini? Hm… sungguh takkan terduga.


Setelah bertahun-tahun menyembunyikan aksiku, kini aku bebas masturbasi. Bahkan mama bisa ikut serta. Sungguh menakjubkan. Meski testisku masih tetap sakit. Mudah-mudahan benar kata bu dokter, ini hanya salah satu fase yang pasti dilalui.


Aku langsung membersihkan diri dan berpakaian. Siapa tahu mama datang lagi untuk ngobrol. Ternyata benar, mama mengetuk pintu lalu masuk. Mama kembali berpakaian normal seperti biasa. Mama mendekat lantas tersenyum. Sesuai jadwal, esok pagi kita akan mulai sesi pengukuran. Kamu mesti bangun lebih pagi karena mama mesti kerja.


Aku ikut senyum. Iya mah, kuatur suaraku agar setenang mungkin. Kenyataanya, pnisku masih saja tegang.


Mama tidur dulu nak. katanya lantas keluar.


Malam sudah menunjukan pukul sepuluh. Kupikir kata-kata mama. Biasanya aku berangkat kuliah setelah mama pergi kerja. Aku penasaran mama akan pake apa besok. Untuk mengalihkan pikiran, aku coba main gim sebentar lalu tidur.


***


Sup… Yusup… Bangun nak… Mama membangunkan sambil menggerakkan lenganku.


Aku membuka mata yang masih mengantuk. Mama membuka gordyn membuat kamarku dipenuhi cahaya matahari pagi. pnisku keras. Kulihat mama memakai rok selutut warna hitam dan blus warna krim.


Mama telat, katanya terdengar kesal. Seperti biasa, setiap pagi memang mama selalu terdengar kesal. Kulihat mama memegang gelas. Ayo, kita mesti cepat. kata mama sambil menarik selimut. Masih terdengar kesal.


Mama melihat pnisku yang keras dari balik piyama. Aku memang biasa tidur hanya memakai celana saja. Tanpa pakaian. Setidaknya udah siap nih, kata mama agak tenang.


Tetap saja, aku masih merasa aneh.


Mama melipat selimut lalu menaruhnya. Cepat lepas piyamamu lalu berbaring seperti semalam.


Aku menurut


Karena udah siang, jadi mesti gini. Mama menunjuk pakaian yang dipakainya. Mama gak punya waktu buat ganti baju. Kamu boleh sentuh pantat mama jika kamu mau. Rangsangannya pasti cukup, ditambah tangan mama.


Aku sedikit kecewa mama tak mengganti pakaiannya. Mama kembali memposisikan diri seperti semalam. Dengan pantat miring agak ke wajahku dan mama mulai mengocok pnisku.


Berkali-kali aku mengimpikan memegang pantatnya. Kali ini aku bisa melakukannya. Sekali lagi seperti semalam, kubuat agar terlihat seperti kurang tertarik, kuelus pantat mama yang kiri. Lalu mengelus yang kanan, dari luar roknya. Kuremas pantat mama


Jangan buat rok mama kusut, kata mama tegas sambil tetap mengocok pnisku.


Kulebarkan elusan di pantat mama. Apakah mama akan marah jika aku merogoh melalui roknya? Aku lantas berpikir cepat namun berbicara gagap, mah… bob… boleh.. ngelus dari dalam rok gak?


Mama menatap sebentar, lalu bicara dengan nada sedikit keras Iya kalau bisa membuatmu cepet keluar. Tapi jangan sampai rok mama kusut.


Ujung rok itu hanya selutut. Perlahan tanganku meluncur dari bawah masuk ke dalam roknya mengelus kaki kanannya. Kuelus paha mulus mama hingga sampai ke cdnya. Aku merasakan paha dan pantat mama sangat lembut.


Kuremas pantat mama dari luar cd lalu mengeluskan jemari dari sisi cd. Mama sepertinya tak keberatan, meski hanya sebentar. Aku merasa akan keluar. Kayaknya Yusup akan keluar mah.


Mama langsung mengarahkan helm pnis ke gelas sementara pnisku tetap di kocok. Saat aku meraba pantat mama lagi, kuarahkan dua jari sejalan dengan garis cd mama hingga dekat dengan vginanya. Ohhh.. ohhh… aku mulai keluar.


Tangan terampil mama mebuat pejuku semua masuk gelas.


Bagus nak, bagus, suara mama terdengar lebih santai dibanding saat mulai. Setelah habis, mama mengusap jemari di pnisku hingga semua tetes tak ada yang sia-sia.


Ya ampun, banyak sekali nak. Mama menerawang gelas itu ke arah cahaya mentari. Kulihat kira-kira terisi seperempatnya. Mama akan catat ini di formulir. Mama pergi dulu ya. Mama mengecup pipiku lantas keluar kamarku.


Aku memejamkan mata. Pantat mama sungguh besar. Nikmatnya berbaring sambil dibantu masturbasi oleh mama, apalagi sambil mengelus pantat mama. Aku penasaran apa bisa menambah variasi lagi. Sialnya aku mesti kuliah.


***


Aku tak bisa konsentrasi di kelas. pnis ini rasanya tegang terus memikirkan semalam dan tadi pagi. Hingga akhirnya aku pulang. Mobil mama sudah terparkir. Setelah aku masuk, mama memanggilku. Aku ke dapur mengikuti asal suara mama.


Sini nak.


Mama sedang masak sesuatu.


Mama sudah pikirkan peraturan kita, mama bilang tanpa hai dulu. Kita mesti mengatur jadwal kita jadi saat kamu pulang, kita punya satu sesi. Satu sesi sebelum tidur dan atur satu sesi lagi di sore hari untuk malamnya. Aku tak suka nada bicaranya. Seperti biasa, nadanya terdengar tak menyenangkan.


Kalau dipikir-pikir, Mama tambah repot saja nak. Mama harap kamu menghargai apa yang mama lakukan. Suaranya kini benar-benar marah. Mungkin mama telah memikirkannya sepanjang hari di tempat kerjanya.


Iya mah. Aku berusaha untuk menenangkannya. Semoga ini hanya untuk dua minggu saja.


Apa kamu gak bohong sama dokter dan sama mama? Mama mulai menuduhku. Kalau mama sampai tahu, nadanya mulai mengancam.


Ya enggak dong mah. Aku mulai terdengar putus asa. Yusup tak tahu bahkan kenapa bisa gini. Aku mencoba menatap mama.


Mama balas menatapku. Hening beberapa saat. Baiklah kalau gitu, suara mama agak tenang. Mama kembali memasak. Kamu mau mandi? meski suaranya terdengar santai, namun tetap terdengar seperti perintah.


Iya mah.


Karena kita mesti mendapat tiga spesimen ntar malam, agar cepet, kita ambil satu saat kamu mandi sore. Biar hemat waktu.


Aku makin bersemangat mendengarnya.


Iya mah. Yusup gakkan kunci kamar mandinya.


Bersihin dulu badanmu, setelah itu panggil mama. Mama gak ada waktu buat bersihin kamu.


Iya mah, kataku sambil pergi naik.


Kulepas pakaian di kamar lalu ke kamar mandi. Aku mandi hingga bersih. Kubuka pintu lalu berteriak, Yusup siap mah.


Kukeringkan badang memakai handuk. Aku bayangkan mama datang hanya memakai cd dan bh. Aku jadi malu mama mengetahui betapa mudah aku terangsang. Lantas kupakai handuk menutupi selangkanganku. Mama datang lalu mengetuk pintu.


Masuk mah. Jantungku berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang.


Mama masuk. Rupanya mama tak melepas pakaian. Tetap memakai blus dan rok. Aku agak kecewa. Tangannya memegang gelas


Mama menatap tubuhku, dari atas sampai bawah. Mama melihatku memakai handuk. pnisku kembali tegang melihat mama berdiri di depanku.


Kenapa kamu pake handuk? kata mama lalu meraihnya hingga lepas. Muncullah pnisku yang sudah tegang. Aku masih malu, belum terbiasa.


pnismu mudah tegangkan? kata mama sambil menatap pnisku. pnisku menunjuk lurus ke mama.


Iya… kan.. masih muda mah. Aku berusaha agar terdengar tak memalukan. Lagian Yusup gak bisa ngapa-ngapain mah, tambahku jujur.


Mama menjilat bibirnya. Aku tak pernah melihat mama melakukan itu, menjilati bibirnya. Aku tak tahu kenapa mama menjilati bibirnya. Mama lantas menatap kembali wajahku.


Kita mesti melakukan dengan cara lain karena kamu berdiri, gak berbaring.


Iya mah. Kayaknya Yusup akan cepet keluar kali ini, aku penasaran apa mama akan melepas pakaiannya.


Iya, sepertinya kamu tak butuh rangsangan lain lagi. Tapi tetap, mama lepas dulu blus dan rok mama. Biar gak kotor.


Mama berbalik memunggungiku lalu melepas blus dan menggantungnya. Aku bisa melihat tali bhnya yang berwarna krim. Mama lalu melepas sleting dan menurunkan rok. Cdnya juga warna krim. Pantatnya besar menantang. Kali ini kulihat cd krim mama lebih kecil dibanding cd hitam mama. Hingga belahan pantat mama agak terlihat.


Mama lalu mengangkat kaki untuk menarik roknya. Kaki kanan dulu lalu kaki kiri. Rok itu lalu digantung juga. Mama berbalik, menatapku lalu menatap pnisku. Kulihat bh mama, seperti cdnya, juga lebih kecil dibanding bh hitam. Menampilkan lebih banyak susu mama.


Kulihat selangkangan mama, bahan cdnya cukup lebar di daerah sana jadi aku tak bisa melihat menembusnya. Bahkan tak kulihat sehelai jembut pun. Aku lantas mengangkat pandanganku.


Udah bener-bener bersih gak? katanya sambil menatap pnisku.


I… iya mah, jawabku pelan.


Biar mama bilas sekali lagi. mama menaruh gelas di pinggir bak, mengambil air memakai gayung lalu membasuh pnisku sambil mengelusnya. Sekalian sama testisku.


Muter, kata mama.


Aku berputar tanpa tau maksud mama. Mama sekarang melihat pantatku. Mama lantas kembali membasuh pantatku dan menggosoknya.


Rasanya Yusup mau keluar mah, suaraku terdengar putus asa, namun tetap kuusahakan setenang mungkin.


Muter lagi.


Aku kembali berputar hingga menghadap mama.


Ya udah, gak perlu buang-buang waktu lagi. Mama meraih gelas, kali ini mama masturbasi kamu sambil menghadap.


Mama lantas berlutut hingga wajahnya sejajar dengan pnisku. Tangan kiri memegang gelas sedang tangan kanan mulai mengelus pnisku. Gelas itu sejajar dengan susu mama. Andai saja gelas itu tak ada…


Saat mama mulai membungkuk, aku melihat belahan susu mama dari atas. Remasan dan belaian tangan mama sungguh nikmat. Tak lama lagi aku akan keluar, namun tiba-tiba mama menghentikan tangannya.


Kalau gini bisa jadi masalah sepertinya. Mama gak mau andai lepas dari gelas spermamu malah mengotori bh mama. Lebih baik mama lepas dulu.


Aku tak tahu apa yang terjadi, antara aku dan mama. Yang kutahu pasti, mama akan melepas bhnya. Mama melepas pnisku dan menaruh gelas di lantar. Mama mulai melepas bhnya. Jantungku makin berdebar melihat mama.


Tanpa banyak bicara, mama meraih gelas lagi, menempatkan dan mulai mengocok pnisku. Aku tak percaya apa yang kupandang. Belum pernah kulihat susu sebelum ini, kecuali di film. Susunya begitu besar, areolanya lebar dan warnanya hitam.


Aku hanya bisa melongo melihat susu mama terngguncang seirama kocokan tangannya. Yusup keluar… mama mencengkram erat pnis agar pejuku masuk gelas. Oh… oh…


Bagus nak, mama terdengar bersemangat saat memerah pnisku. Setelah lemas, pnisku dilepas mama.


Aku lantas dudu di pinggi bak mandi, menutup mata menikmati sisa-sisa sensasi ini.


Lihat ini, kata mama saat kubuka mata.


Aku menatap gelas dan melihat pejuku hampir setengah gelas. Namun mataku tak lama menatap gelas. Mataku kembali menatap susu mama. Kurasa mama menyadari aku menatap susunya.


Oke, cukup kali ini. Mama mau nulis catetan ini dulu. Terus lanjutin masak. Bersihin lalu turun. Mama bangkit, meraih bh dan pakaian lantas keluar. Aku tak bisa melepas pandang dari pantat mama. Getaran pantatnya, bahkan sepertinya pinggul mama bergoyang lebih dari yang pernah kulihat. Mungkin hanya imaji nasiku, atau benarkah?


Tak pernah kubayankgan akan melihat mama hanya berbalut cd, melangkah keluar dari kamar mandiku. Hm, tidak terduga. Setelah mama hilang dari pandangan, kubersihkan diri lantas berpakaian. Pikiranku kembali ke adegan tadi. Cara mama memandang pnisku, baru kusadari sepertinya mama terpesona. Cara mama menjilati bibir.


Sebelumnya, di dapur tadi, mama marah padaku, bilang betapa tak nyamannya mama. Aneh.


Aku sangat terangsang diperlakukan sedemikian rupa oleh mama. Namun di benakku aku mulai bertanya-tanya, apakah mama melakukan semuanya sengaja, karena mama memiliki maksud lain yang tersembunyi?


Setahuku, mama tak pernah lagi berhubungan setelah cerai dengan ayah. Meski gendut dan tidaklah cantik, namun pasti mama memiliki hasrat seksual juga. Apakah mama marah di dapur karena merasa bersalah ataukah karena mama juga merasakan kesenangan tertentu lantas merasa bersalah?


Andai itu yang terjadi, kesempatanku untuk lebih berani. Langkah demi langkah. Bahkan aku tak perlu malu akan diri sendiri saat di depan mama, jika mama pun merasakan getaran tertentu. Aku jadi merasa percaya diri untuk sesi berikutnya. Aku jadi sadar akan pancaran seksual tubuhku, aku tak perlu malu lagi.


Kulihat jam, rupanya lama juga aku merenung. Aku turun. Mama sedang menyiapkan makanan. Tentu saja memakai pakaian. Tak ada pembicaraan tentang sesi sebelumnya. Mama hanya nanya hariku di kuliah. Aku menjawab lantas bertanya mengenai hari mama di pekerjaan. Mama menjawab. Seperti ibu dan anak biasa.


Sebelum makan, mama berkata, bilang saja kalau kamu udah mau keluar lagi.


Aku mengangguk lantas makan. Setengah jam setelah makan, aku merasa siap. Rasanya Yusup sudah siap mah, kataku pada mama yang sedang baca di ruang tv.


Tanpa menatapku mama berkata, Ok. Kita lakukan di kamarmu saja. Siap-siap dulu mama ntar nyusul.


Aku berbaring telanjang menunggu mama. pnisku sudah agak tegang. Aku merasa sedikit santai, dibanding sebelumnya. Saat di kamar mandi, aku tak dapat pantat mama. Kali ini harus dapat. Segera terdengar ketukan di pintu. Mama lantas masuk memegang gelas. Mama memakai bh dan cd warna krim. Susunya agak goyang saat berjalan mendekati ranjang.


Kita lakukan seperti malam tadi dan pagi tadi, katanya sambil memiringkan tubuh. Kamu boleh sentuh kaki mama lagi kalau kamu suka.


Aku langsung membelai dan meremas pantat mama dengan tangan kiri sementara mama menyiapkan gelas di antara selangkanganku lalu mulai membelai pnisku. Aku agak kecewa tidak bisa melihat susu mama seperti sebelumnya. Mungkin esok di kamar mandi ada kesempatan lagi.


Pantat mama sungguh indah. Aku merasa kali ini akan bertahan agak lama, meski hanya beberapa saat. Setelah beberapa menit, mama menatapku, mungkin heran akan durasi ini. Gak terlalu cepat kayaknya kali ini.


Iya mah. Mungkin sebentar lagi.


Yah, mungkin ini bisa membantu. Mama gak bisa gini semalaman, katanya tegas.


Kemudian mama melakukan sesuatu yang menakjubkan. Tangannya yang bebas meraih pantat lalu menurunkan cdnya hingga pantatnya terlihat. Mama bahkan menggoyangkan pantat seolah menggodaku.


Aku kembali meremas dan mengelus pantat mama, yang tanpa cd kali ini. Aku menyentuh sedikit daging diantara bongkahan pantatnya.


Yusup mau keluar…


Mama meraih gelas dengan tangannya yang bebas lalu memposisikannya. Aku lantas mengelus batas antara anus dan vgina mama dengan kedua jari. Mama menggoyangkan pantat mungkin akibat aku menyetuh titik sensitif namun tak protes.


Oh… oh… suaraku saat pejuku menyembur memenuhi gelas. Memastikan agar seluruh pejuku tertampung di gelas.


Aku lantas membelai pantat mama saat mama berdiri. Sana bersihin dulu, mama mau nyatet dulu. Mama lantas melangkah keluar kamarku. Mataku melihat pantatnya, cdnya masih menggantung agak bawah dari pantatnya. Aku ingin menjilati pantat itu. Lalu mama menghilang dari pandanganku.


Kubersihkan diri, memakai baju. Kukerjakan tugas-tugas kuliah. Kudengar mama beraktifitas di taman. Padahal sudah senja.


***


Sekitar jam sepuluh malam, mama kembali mengetuk pintu kamarku lantas masuk.


Mama ingin tidur lebih cepat. Kita lakukan sesinya sekarang aja.


Iya mah, aku berbalik dari monitor tempatku mengerjakan tugas.


Kurasa mama bakal keluar menungguku melepas pakaian. Buka aja pakaianmu sekarang. Gak usah malu.


pnisku yang lemas kembali bangun. Kulepas kaosku dan mulai melepas sleting celana jinku. Mama melepas pakaian dan mulai melepas roknya. Mama meletakan pakaian di sudut ranjang. Aku mengikutinya.


Aku berdiri hanya tinggal memakai boxer. pnisku terlihat sudah bangung. Mama pun berdiri hanya bercd dan bh. Kutarik boxerku turun hingga nampak pnisku. Mama melihat pnisku namun tak berkata. Aku mulai memakai otakku. Mama seperti ingin melihat pantatku saat di kamar mandi tadi. Jadi sebelum naik ke kasur, aku berbalik hingga mama bisa melihatku telanjang dari belakang.


Cuma ngecek mah biar gak ada yang liat, kataku seolah berusaha membantu.


Kuyakinkan diri agar mama dapat melihat pantat dan punggungku. Kemudian aku mundur dan menunduk seperti mau meraih sesuatu di lantai, membuat pantatku makin terlihat oleh mama.


Aku lantas berdiri, berbalik lalu berbaring di kasur. Sedari mama masuk kuhindari kontak mama, tapi setelah berbaring kulihat wajah mama. Sepertinya mama terlihat agak merah.


Mama senang kamu cermat, katanya sambil tesenyum, suaranya seperti disusun. Mama tahu semua ini murni medis, namun tetap, kita mesti hati-hati. Agar tiada tetangga tahu. Kamu sendiri tahu, tetangga masa kini, kebanyakan tetangga masa gitu.


Iya mah. Yusup ngerti.


Melihat mama santai dan senang dengan aksiku membuatku ingat akan ideku soal sedikit melangkah per sesi.


Seperti biasa, mama berdiri di sampingku. Saat mama membungkuk, aku mulai bicara, mah… kalau boleh, agar yusup cepet keluar, karena sebelumnya lama, mungkin mama lepas dulu bh mama, agar..


Suasana langsung hening, meski tidak bersuasanaseger. Mama seperti merenungkan apa yang kukata, lalu menatap ke arahku. Tampak serius, mama lalu bicara, Mama setuju, sebelumnya kamu terlalu lama keluar. Mama gak ingin lama-lama. Lagian di kamar mandi kamu udah liat susu mama, jadi gak masalah kalau liat lagi saat kita di kamar.


Kata-kata mama bagaikan nyanyian Sinatra. Mengalun merdu di telingaku, membuat pnisku merespon. Namun kuputuskan untuk tiada berkata. Sanggupkah aku lebih jauh?


Makasih mah. Udah membantu. Boleh gak Yusup pegang juga, seperti pada pantat mama? Biar makin cepat keluarnya.


Masih dengan wajah serius, mama bersuara normal, oke, tapi sentuhan ringan saja.


Mama melepas bhnya. Aku tak sabar melihat dan menyentuh susu mama. pnisku langsung bereaski saat mataku melihat susu mama.


Mama bisa liat hasilnya langsung, kata mama sambil menatap pnisku.


Susu mama bener-bener indah, aku berusaha terdengar menghargai. Semoga mama gak keberatan Yusup bilang gitu.


Makasih sayang. Mama gak keberatan kok. Dulu papamu juga suka, nada mama masih terdengar normal.


Mama memposisikan susunya hingga hanya sejengkal dari wajahku. Belum pernah sedekat ini aku melihat susu mama. Kamu boleh menyentuh dan meremasnya pelan. Agar cepet keluar.


Aku mulai mengelus susu mama yang menjuntai. Jempolku mengelus pentilnya. Kumainkan pentil mama dengan jempol dan telunjukku. Kupilin pelan hingga berubah jadi agak keras. pnisku jadi makin berkedut.


Udah cukup nak, kata mama setelah beberapa saat, mungkin tangannya merasakan pnisku. Biar mama keluarin sampelnya sekarang.


Aku melepas genggaman tangan dari susu mama. Meski aku sangat ingin mengisapnya tapi lebih baik aku sabar menanti. Mama mendekatkan pantat kepadaku, lalu menggoyangkannya. Kurasa kini mama tau betapa aku sangat menyukai pantatnya. Gerakan pantat mama sungguh seksi, hampir menyentuh tanganku, membuatku menduga jangan-jangan mama juga menikmatinya.


Mama membungkuk membuat susunya berada di atas perutku. Tangan kanannya kembali mengocok pnis. Kemudian tanpa kuminta, tangan kirinya kembali menarik cd hingga melorot, seperti sesi sebelumnya. Mungkin mama mengira aku akan cepat keluar, karena setelah itu mama langsung menyiapkan gelas dengan tangan kirinya.


Mama benar. Melihat susu mama begitu dekat dan pantat mama menggeliat seksi membuat aku tak tahan. Beberapa detik kemudian aku keluar menyemprotkan peju ke dalam gelas.


Bagus nak. Hasilnya bagus, suara mama terdengar puas sambil menyeka sisa peju pada pnis dengan jemarinya. Mama lantas berdiri dan menerawang gelas. Susunya benar-benar seksi.


Aku hanya bisa menelan ludah melihat tingkah laku mama.


Udah waktunya mama tidur, kata mama sambil tersenyum, sehabis mencatat sesi ini. Mama lalu membungkuk dan mencium pipiku. Susunya menyentuh susuku. Selamat tidur nak. Siap-siap untuk sesi esok pagi.


Malam juga mah. Makasih atas bantuannya. aku berusaha agar terdengar bersyukur.


Saat mama melangkah keluar, aku memperhatikan pantat dengan cd melorotnya. Sepertinya mama tak keberatan aku melihat, terbukti mama sedikit menggoyangkan pantatnya.


Testisku tak lagi sakit setelah keluar tiga kali hari ini. Aku puas.





Dua hari berikutnya, Kamis dan Jumat, berlalu seperti hari pertama. Ada sesi pagi hari. Sesi di kamar mandi setelah aku pulang. Sesi malam dan sesi sebelum tidur.


Mama melepas bh saat sesi kamar mandi. Bahkan saat aku berbaring di ranjang, mama akan melepas bh dan menunjukan susunya. Aku meminta hal ini saat sedang sesi ranjang, meski tidak dimulai saat hari aku meminta. Mama terlihat senang terhadap tambahan rangsangan ini. Nikmat rasanya melihat susu mama bergerak-gerak saat mama mengocok pnisku.


Tak terasa sudah seminggu. Hanya beberapa hal yang terjadi selama sesi ini.


Pertama saat sesi kamar mandi, mama selalu menyuruhku agar membersihkan diri dulu. Setelah itu baru kupanggil mama. Saat mama membasuh pantatku, mama selalu menggosok pantatku naik turun. Kurasa mama sengaja, seperti mendapat kesenangan tertentu.


Kedua, sepertinya mama kini lebih santai. Berbeda saat awal disuruh oleh dokter, terlihat gelisah dan tak nyaman. Juga bukan saat sesi berlangsung. Saat bercakap-cakap di rumah pun mama lebih santai dan prilakunya jadi tidak segarang dahulu. Mama jadi sedikit memakai make-up. Rambutnya juga agak terurus.


Mama jadi berubah. Mungkin ini hanya kebetulan, tiada hubungan dengan insiden testisku. Atau bisa jadi berhubungan. Peningkatan suasana hati mama membuatku memikirkan cara agar bisa melangkah semakin pasti untuk sesi-sesi berikut.


Aku sudah ingin mencium dan menghisap susu mama. Juga pantatnya. Tapi aku tak mau melangkah terlalu dini. Firasatku mengatakan mama menikmati kepuasan tertentu dari sesi kami, tapi tak ada buktinya. Aku tak bisa memastikan juga tak mau membuat mama marah yang bisa berujung pada penghentian sesi ini.


Aku masih penasaran kenapa testisku sakit, dan kembali normal setelah beberapa kali keluar. Semoga dokter Tari memberi tahu setelah hasil pengujian ada. Formulir catatan telah di isi mama tanpa ada yang terlewat. Seingatku, dokter Tari bilang hasilnya akan keluar seminggu lagi.


Pada sesi malam sabtu, setelah aku keluar, mama berkata, kita punya banyak waktu di akhir pekan, lantas mencium pipiku dan pergi keluar. Setelah mama tiada, aku memikirkan kata-kata mama.


***


Aku bangun dan lihat jam, rupanya jam delapan. pnisku agak tegang. Mama belum muncul, tidak seperti hari sebelumnya. Lalu aku ingat ini sabtu. Mama biasanya santai di rumah. Aku lalu tidur lagi, berbaring.


Yusup, bangun nak.


Aku berbalik dan membuka mata. Mama sedang berdiri sambil memegang gelas.


Pagi nak, kata mama sambil senyum.


Pagi juga mah.


Mama rasa sesi pertama bisa dilakukan di kamar mandi. Mama memberi gelas padaku, nih minum teh dulu.


Aku duduk lantas meraih gelas dan minum. Sudah lama mama tak melakukan ini, memberi minum saat membangunkanku. Mungkin ini awal yang baik. Mama ikut duduk di sebelahku.


Mama mau belanja, mungkin hingga sore. Kamu mau ngapain?


Aku gak punya rencana, gak tau. Main mungkin. Kenapa emang?


Mama cuma ingin rencanain sesi untuk hari ini, katanya sambil menatap mataku. Waktu kita hari ini banyak. Jadi mending manfaatin sebaik mungkin.


Aku tak paham apa yang dimaksud oleh mama.


Mama ingin tahu gimana perasaan kamu sekarang, apa membaik? Jujur aja sama mama.


Yah… aku ragu-ragu. Testis yusup masih sakit.


Agak baikan setelah keluar beberapa kali?


Iya mah.


Kita tunggu saja hasil dari dokter Tari. Hasilnya kalau gak salah keluar senin atau selasa.


Iya mah.


Baiklah. Kita lihat apa kita bisa dapat sampel lebih di akhir pekan. Agar kamu agak baikan. Maafin mama kemarin gak percaya sama kamu nak.


Gak apa-apa mah. Aku terkejut oleh permintaan maaf mama yang tiba-tiba.


Panggil mama kalau kamu udah di kamar mandi. Mama beresin dulu di bawah.


Iya mah, makasih.


Mama bangkit berdiri lalu melangkah keluar. Meski memakai daster, pantat mama masih terlihat seksi. Aku minum dan memikirkan apa yang dikatakan mama. Mama rupanya prihatin dan ingin membantuku. Lumayanlah daripada mama sebelumnya, pemarah, pemurung dan jelas tak ramah. Sekarang mama agak mendingan. Suasana hatinya pasti membaik seminggu ini.


Andai aku memiliki penyakit, kuharap dokter bakal memberitahu dan mengobatinya. Tapi tetap, aku berharap ini hanyalah salah satu fase dalam hidupku. Meski testisku sakit, aku menikmati cara pengeluaran peju untuk mengurangi rasa sakitnya.


Aku jadi penasarn tentang lebih banyak waktu yang mama katakan. Sekarang sudah jam setengah sepuluh. Kuputuskan untuk mandi. Aku ingin liat tubuh mama lagi. Aku ke kamar mandi, membersihkan tubuh lantas memanggil mama.


Aku berdiri menunggu mama sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Tubuhku tak perlu dikeringkan dulu, karena mama selalu membasuh pnis dan pantatku.


Aku mendengar langkah mama menaiki tangga dan mendekati kamar mandi. Mama mengetuk pintu seperti biasa. Siap sayang?


Iya mah.


Mama masuk masih memakai daster. Tangannya memegang gelas. Mama menatapku kemudian menatap pnisku. Mama menjilati bibirnya lagi. Kuperhatikan beberapa kali sudah mama melakukan itu, menjilati bibir jika sedang bersamaku.


Seperti tadi kata mama, mama menatapku, kita punya banyak waktu. Karena mama juga belum mandi, biar kita sekali mendayung agar dua tiga pulau terlewati.


Aku menatap mama mencoba memahami kata-katanya.


Kemudian mama mulai melepas dasternya. Mama benar-benar telanjang. Kulihat selangkangan mama dan kulihat jembutnya. Aku tersipu dibuatnya. Selama melepas daster, mama tak melihatku.


Kamu udah liat mama setengah telanjang selama beberapa hari ini. Jadi kenapa gak telanjang aja sekalian.


Mama berdiri di depanku. Aku menatap susunya, kemudian vginanya.


Mama melihat pnisku, setidaknya kamu udah siap untuk sesi ini.


Aku menelan ludah. Aku mencoba mengontrol diriku, iya mah. Yusup siap.


Mama mulai membasuh pnis dan testisku. Muter, lantas aku berputar. Kini mama membasuh punggung dan pantatku. Siniin sabunnya, kata mama. Baru kali ini kudengar mama menyuruhku mengambil sabun. Kuraih sabun dan kuberikan pada mama. Mama bersihin lagi kamu. Coba agak nungging.


Aku tak percaya pada pendengaranku. Namun begitu aku tetap agak nungging. Mama menyabuni pantatku, menggerakan jari di belahan pantatku. Kemudian menyabuni testisku. Tangan mama kembali menyabuni pantatku. Setelah itu mama kembali membasuh pantatku dan membilasnya hingga bersih.


Udah. Muter lagi.


Aku kembali berputar menghadap mama. Mama melihat pnisku yang sudah tak tahan.


Agar mudah ambil sampel, sebaiknya mama berlutut di depan kamu.


Mama lantas berlutut, wajahnya sejajar dengan pnisku. Mama mulai membelai pnisku. Aku hampir bisa merasakan dengusan nafas mama di pnisku. Tangan kanan mama ngocok pnisku. Kulihat ke bawah, susu mama bergerak naik turun seirama gerakan tangannya. Sungguh pemandangan yang indah.


Yusup mau keluar mah, aku tak tahan. Lagian, siapa bisa tahan dalam keadaan begini?


Mama meraih gelas dengan tangan kiri dan memposisikannya. Tangan kanannya tetap ngocok.


“Uh.. Uh… Ohhhh,” kataku saat keluar. Kurasakan pejuku menyemprot ke dalam gelas.


Seperti biasa, mama memastikan agar tiada sperma yang tersisa. Aku lantas duduk di tepi bak mandi untuk menenangkan diri.


Gimana, agak mendingan? tanya mama sambil memegang gelas. Nih liat.


Aku membungkuk untuk meligat gelas yang hampir terisi tiga per empatnya.


Iya mah, agak mendingan sekarang.


Bagus, mama lantas menyimpan gelas tersebut di pinggir bak. Sekarang waktunya mama mandi. Kamu mau bantu mama nak?


Aku ragu-ragu, iya mah.


Sabunin punggung mama yah, abis itu kamu boleh pergi.


Siap mah, kataku senang. Aku kembali berdiri.


Kamar mandiku cukup sempit. Mama berdiri berhadapan denganku. Susu mama mengenai dadaku, aku diam namun mama tak mempermasalahkannya. Mama mengguyur tubuhnya. pnisku masih lemas namun sedang berhadapan dengan vgina mama.


Kuamati tubuh telanjang mama. Saat mama berbalik, sedetik pnisku mengenai vginanya. Sungguh nikmat walau secuil. Kini mama membelakangiku. Kulihat pantat putihnya seperti menantang.


Aku mengambil sabun dan mulai menyabuni punggung mama. Mulai dari bahu, punggung lalu turun ke pantat. Saat aku menyentuh pantatnya, mama diam saja pertanda tak keberatan. Kusabuni bahu mama lagi, lalu aku sedikit memijitnya.


Bagus nak, kata mama. Aku merasa mama rileks.


Merasa ada kesempatan, pijatanku turung ke punggungnya. Satu tangan kuluncurkan ke pantat mama dan mengelusnya. Lalu kedua tanganku meremas pantat mama. Satu tangan merogoh belahan pantat mama dan jemariku berusaha mengelus bagian dalamnya.


Mama tetap tak bicara hingga aku biarkan aksiku. Namun aku tak mau lama-lama di situ. pnisku kembali bangun. Aku berusaha memundurkan pinggul agar pnisku tak menyentuh pantat mama.


Tak terduga, sabun yang dipegang mama jatuh. Mama lantas membungkuk untuk mengambil sabunnya. Saat mama membungkuk, belahan pantat mama mengenai pnisku. Otomatis pnisku menerobos masuk agak dalam.


Aw, itu tanganmu nak? tanya mama sambil langsung berdiri.


Eh.. bukan… mah… kataku ragu. Maafin Yusup mah, nyabunin mamah malah bikin pnis Yusup tegang lagi. Kuputuskan untuk tak menyembunyikannya.


Mama berbalik lantas melihat pnisku.


Kok bisa, kan baru aja keluar?


E… mungkin karena melihat pantat mama, jawabku jujur. Tak ada gunanya bohong sekarang.


Kamu kan hanya nyabunin mama, kata mama agak terkejut.


Iya mah, cuman, tubuh mama sangat merangsang. Apalagi pantat mama.


Iyalah, suara mama seperti lagi bicara sama anak kecil, seolah aku ini masih kecil dan tak tahu apa-apa.


Kita mesti hilangkan sikap kekanak-kanakan, gairah remaja ini agar kita bisa kumpulkan sampel secara lebih dewasa, lanjut mama dengan tegas.


Aku menatapnya, bingung, gak tahu apa maksudnya, namun pnisku masih menunjuk mama.


Mama tahu mama mesti ngerangsang kamu agar dapet sampel, tapi gak kayak gini! tatapan mata mama menembus jiwaku. Apa kamu mesti keluar lagi?


Sepertinya iya mah, kataku. Namun meski pnis Yusup udah keras, sepertinya butuh rangsangan tambahan biar cepet keluar.


Kalau mama pikir, kamu gak butuh rangsangan lagi. Sepertinya kamu lebih butuh seks. Apa yang mesti kita lakukan untukmu? suara mama mulai terdengar jengkel, seperti sedang bicara sama anak nakal.


“Err …” aku bingung mendengar ucapan mama.


Sudahlah, kata mama setelah melihatku kebingungan. Ambilin mama gelas lagi.


Aku berbalik lantas mengambil gelas dan menyerahkan ke mama. Di gelas masih terdapat spermaku. pnisku kembali lemas mendengar ceramah mama. Mama memperhatikannya.


Udah lemes lagi tuh, yakin mau keluar lagi?


Iya mah.


Mama mendesah, ya sudah. Sekalian aja pegang pantat mama. Kamu suka kan? Bilang aja kalau udah mau keluar, biar kita cepet selesai.


“Saya,” kataku, merasa sakit sedikit.


Mama mulai membungkuk, aku memegang pantatnya. Kurasakan keinginan memasukan pnis ke pantat mama, namun kutahan keinginanku itu. Kemudian aku punya ide.


Mah, boleh gak kalau pnis Yusup ditempelin ke pantat mama? Biar cepet keluar.


Oh, boleh, asal jangan masuk ke dalamnya.


Suara mama bagaikan musik yang membius. Kupegang pnis dengan tangan kanan dan kutampar-tamparkan ke pantat mama. Kueluskan ujung pnis hingga pelumasku mengenai pantat mama.


Oh, enak mah, kataku menikmati sensasi ini dan goyangan pantat mama. Kurasakan seperti akan keluar. Oh… bentar lagi keluar mah.


Mama langsung bangkit, mengambil gelas dan berlutut di hadapanku. Melihat tanganku mengocok pnis, mama membiarkannya. Namun tak lama mama langsung memposisikan gelas ke pnisku. Akhirnya kocokanku membuat pnis menyemburkan kembali peju memenuhi gelas.


“Uooooohhh …” mendengusku lebih keras dari sebelumnya. Mama tetap memegang gelas hingga gelombang pejuku berhenti. Mama lantas berdiri setelah aku selesai.


Luar dari pada biasa, kata mama sambil melihat gelas. Sudah lebih dari setengahnya ini. Hampir penuh.


Aku kembali bersandar ke bak. Begitu cepat testisku terisi peju. Kini testisku tak lagi sesakit sebelumnya.


Udah puas sekarang nak? kata mama sambil menatapku, nadanya seolah sedang bicara sama anak-anak.


Eh… iya mah, makasih, suaraku seperti suara anak yang ingin bermain dengan mainannya.


Bilas badanmu terus pake baju. Biar mama selesaikan mandi.


Kubilas selangkanganku lantas memakai handuk.


Mama rasa sebaiknya kita keluarkan sperma dari pnismu sebanyak mungkin nak, kata mama tegas sambil berdiri menatapku. Agar dokter tari tahu seberapa banyak kamu mampu memproduksinya dalam sehari. Kita mesti atur ulang jadwal sesi per hari. Biar nanti mama pikirkan hal itu. Mama menghentikan bicara sebentar, sekarang gimana hasratmu terhadap tubuh mama?


Namun, sebelum aku menjawab, mama sudah mengguyur tubuhnya sendiri. Kuputuskan kembali ke kamar dan berbaring di ranjang. Kututup mata, lelah.


***


Aku merasa pantatku ditampar beberapa kali. Seperti oleh tangan. Aku bangun, rupanya aku tertidur sehabis keluar dari kamar mandi. Sekarang kulihat mama berdiri di sebelah ranjang. Handuk melilit tubuhnya dan tangan mama menampar pantatku untuk membangunkanku.


Bangun nak, katanya tegas. Udah jam setengah sebelas ini. Kenapa gak pake baju?


Saat aku tidur pasti mama melihat pantatku lantas menamparnya. Aku berbalik, kulihat pnisku masih lemas. Mama kembali menjilati bibir, seperti sebelumnya. Aku yakin mama tak menyadari saat melakukan hal itu.


Maaf mah, Yusup ketiduran. Yusup ngantuk sih abis keluar duakali tadi.


Oh, suara mama kini lebih tenang. Kamu gak lupa apa yang mama katakan kan? Mama akan pikirkan lebih saat diluar. Pake baju dulu terus sarapan. Mama juga mau dibaju terus pergi.


Mendengar kata-kata mama soal pake baju membuat muncul sebuah ide.


Kayaknya Yusup gak pergi deh hari ini mah. Lagi pingin di rumah. Oh ya, karena mama bilang ada tambahan sesi, Yusup mesti pake baju terus lepas baju terus pake baju lagi, gimana kalau Yusup pake boxer aja mah. Gimana kalau di rumah Yusup pake boxer aja. Lagian mama kan gak aneh liat Yusup telanjang.


Mama menatapku dalam diam, seperti sedang mempertimbangkan kata-kataku. Ya mama kira itu bakal bikin hemat waktu. Kalau gak ada tamu boleh aja kamu mau pake itu. Tapi hanya saat kita menjalankan sesi saja. Setelah semuanya usai, kembali ke normal, suara mama tegas. Juga biar hemat cucian, kini suara mama lebih santai.


Mama lalu keluar dari kamarku masih dengan handuk melilit.


Aku berbaring di kasur sejenak. Bangkit lantas memakai boxer. Untuk atasannya, aku memakai sporthem (kemeja lengan pendek) yang longgar, kukancingkan hanya satu kancing. Aku turun menuju dapur.


Di dapur ada mama yang berpakaian lengkap. Juga memakai make up. Mama memakai gaun dengan rok selutut. Juga memakai kalung. Kusadari mama hanya memakai kalung saat bepergian. Kini kuakui mama terlihat gemuk namun menarik meski tidak cantik.


Mama belanja dulu, makanan udah ada. Nih uang kalau mau jajan. Mumpung kamu di rumah, beresin rumah, jangan malas. Setelah berkata mama lantas pergi.


Kudengar mama menyalakan mobil. Aku duduk di dapur dan memikirkan kata-kata mama di kamar mandi. Mama telanjang dan membiarkan pnisku bermain di pantatnya meski hanya beberapa saat. Mama juga tahu ketertarikanku pada tubuhnya. Aku merasa mama tau aku berpikir sesuatu yang tidak seharusnya kupikirkan.


Aku penasaran apa yang akan mama lakukan selanjutnya. Daripada pusing, lebih baik kupikirkan nanti saja. Sakit di testisku mereda setelah aku keluar dua kali. Tapi aku tahu sebentar lagi pasti kembali terasa sakit.


Setelah makan, aku membereskan dapur dan ruang tv agar suasana hati mama membaik saat pulang. Selesai beres-beres, aku menonton tv sambil berkomunikasi dengan teman-temanku. Tentu saja aku tak memberi tahu apa yang terjadi antara aku dan mama.


Sekitar jam tiga kudengar suara mobil mama. Kubuka pintu dan menunggu mama. Saat mama sampai di pintu, kuangkat belanjaan ke dapur. Mama masuk lalu menutup pintu. Mama terlihat serius, namun saat melihat dapur dan ruang tv, mama terlihat senang.


Kamu udah beres-beres ya, katanya sambil menatapku, dari atas hingga ke bawah.


Iya mah. Abisnya mama juga udah bantu Yusup untuk… mama tahulah.


Mama lantas menyortir belanjaannya. Mama mau masak, kamu mau makan apa nak?


Apa aja mah.


Ya udah, ntar mama panggil kalau udah beres.


Iya mah.


Aku lantas ke kamarku. Kuputuskan membaca untuk mengalihkan perhatianku. Sekitar satu jam kemudian mama memanggilku. Aku turun ke dapur.


Duduk nak.


Aku lantas duduk. Mataku menatap dada mama sebentar. Kurasa mama menyadarinya.


Mama telah pikirkan, meski mama bantu kamu dengan rangsangan agar kamu keluar, namun melihat tubuh mama sepertinya malah membuat kamu nafsu.


Mama berhenti sejenak.


Setelah dipikir, mama rasa wajar bagi anak lelaki terangsang saat pertama kali melihat tubuh wanita telanjang, meski tubuh mamanya sendiri. Andai dokter tari tak menyuruh kita melakukan kegiatan ini, mama yakin kamu takkan memiliki dorongan seksual pada mamamu ini.


Aku mengangguk setuju. Tentu tak perlu kukatakan telah beberapa tahun aku sangat ingin melihat dan menyentuh tubuh mama. Itu sama saja bunuh diri.


Jadi mama putuskan untuk terus memberi rangsangan untuk keperluanmu.


Makasih mah, kataku sambil senyum, sedikit lega.


Namun, dari hasil sesi kita pagi ini, sepertinya kamu butuh melakukan sesuatu terhadap nafsumu. Dan sebaiknya kita menambahkan sesuatu pada sesi kita agar kamu cepet keluar.


Mama berhenti bicara namun aku tak paham maksud dari kata-katanya.


Mama pikir agar kita bisa memberikan bahan sebanyak mungkin untuk dokter tari, kita mesti membuatmu keluar sesering mungkin agar kita tahu batasmu. Sejauh ini, kita selalu berhenti setelah kamu merasa nyaman, bukannya setelah beberapa kali keluar. Kemarin-kemarin juga agak canggung karena mama mesti kerja dan kamu mesti kuliah.


Aku menatap mama dengan ekspresi bingung. Jadi maksud mama apa? kataku ragu.


“Maksud mama, agar kamu bisa keluar sesering mungkin, selama sisa hari tes ini mama akan memberikan rangsangan terus-menerus.


Aku menelan ludah.


“Eh… ok,” kataku, meski tak yakin apa maksud mama.


Makanya mama perlu pakaian untuk itu. Mama pergi ke toko baju tadi dan beli beberapa pakaian untuk membantu sesi kita.


Wow, aku tak percaya dengan apa yang kudengar. Aku kembali menelan ludah. Oh, hanya itulah yang keluar dari mulutku.


Mungkin mama takkan memakai lingerie seharian, tapi mama punya pakaian lain untuk merangsang kamu.


pnisku bergerak-gerak. Namun karena aku sedang duduk, mama takkan menyadarinya.


Juga untuk membuatmu keluar, sekalian menyalurkan nafsumu terhadap tubuh mama.


Eh.. Edi sud rahma, maksud mama?


Ya kamu katakan kamu mau apa saat sesi kita dan mama akan jawab kalau mama pikir boleh.


Maksud mama soal menyentuh mama?


Tentu saja. Dan juga soal hal lain andai kamu merasa ingin melakukannya.


Aku menelan ludah. Mulutku tiba-tiba kering.


Tapi, lanjut mama, ingat satu hal. Kamu gak boleh menusuk mama. Sangat-sangat tidak boleh. Paham?


Aku tersipu mendengar kata-katanya. Apa mama tahu aku justru ingin melakukan itu? Iya mah. Namun suaraku terdengar seperti kecewa.


Dan satu lagi dari mayor, eh dari mama. Mama akan melakukan atau menyarankan hal-hal yang biasa dilakukan wanita untuk membantu kamu keluar.


Seperti apa mah? aku penasaran.


Kita lihat saja nanti, mama mencoba berteka-teki. Kenapa gak tunggu sesi kita selanjutnya aja.


Pikiranku mulai dibanjiri hal-hal dari dunia perpornoan. Mulai dari film hingga cerita. pnisku sudah tegang.


Apa kamu sudah ingin keluar lagi nak? mama akhirnya melihat selangkanganku.


Eh… iya mah, kebetulan. Denger kata-kata mama jadi gak tahan.


Ya udah, gak perlu disembunyikan.


Mama menggeser kursi hingga kursinya bersebelahan dengan kursiku. Lalu melihat selangkanganku.


Mulai sekarang kamu mesti beri tahu mama saat kamu terangsang oleh tubuh mama. Biar mama bisa tahu pakaia seperti apa yang bisa merangsangmu. Juga biar kita bisa langsung mendapat sampel buat dokter Tari. Jelas nak?


Iya mah.


Sekarang lepas sporthemmu.


Aku berdiri. Mama segera melihat gundukan di boxerku. Kulepas kancing bajuku hingga terbuka. Melihat gundukan di boxerku mama lantas membelainya, udah siap nih kayaknya, kata mama sambil tersenyum.


Kulepas bajuku dan menyimpannya di kursi. Aku berdiri telanjang dada.


Karena mama akan memberi rangsangan nonstop maka kita bisa mengambil sampel di mana saja. Biar mama bawa gelas dulu.


Mama ke jendela mengambil gelas yang ditaruh di sana. Setelah meraih gelas mama kembali lagi duduk di kursi di depanku.


Lepaskan celanamu.


Kuturunkan celana dan kutendang. pnisku sudah tegang. Padahal mama masih memakai pakaian.


Mama gak mau kamu keluar terus mengotori baju dan bh mama. Jadi biar mama lepas dulu.


Mama berdiri lalu meletakan gelas di meja lalu mulai melepas bajunya. Terlihat mama memakai bh hitam. Bh itu juga dilepasnya hingga menggantunglah susu mama. Kalung mama masih menggantung, menambah seksi, pikirku.


Mama kembali duduk membuat pnisku hampir sejajar dengan wajahnya. Mama mulai membelai pnisku. Aku menunduk melihat susu mama. Aku ingin menghisapnya namun masih ragu.


Mulai kini kamu bilang aja apa yang kamu mau, kata mama menatap mataku.


Aku tersipu ditatap mama, Yusup ingin, kalau boleh, ingin nyusu mah.


Terdengar wajar dan alami. Boleh aja asal kamu gak menggigitnya. Jangan kasar.


Aku berlutut hingga mataku sejajar dengan susu mama. Kutangkupkan tangan pada susu mama mencoba mengukur besarnya dengan telapak tanganku. Lalu kuelus-elus dan kuremas pelan. Kini kujilati areola susu kiri mama lalu kuhisap pentilnya. Sedang susu kanan mama kuremas.


Kupindah mulut ke susu kanan mama, sedang tanganku bermain di susu kirinya. Samar-samar aku mendengar erangan mama.


Udah belasan tahun kamu gak nyusu lagi sama mama nak, kata mama lembut.


Aku sibuk menghisap dan memainkan susu mama. Sudah cukup nak. Biar mama elus pnis kamu lagi.


Aku berdiri dan menyodorkan pnis ke mama. Mama kembali menjilati bibir. Aku ingin menyuruh mama menghisap pnisku namun belum berani. Mulut mama begitu dekat dengan pnisku, hembusan nafas mama ikut membelai pnisku. Sambil ngocok, mama sepertinya menatap lubang pnisku.


Muncul ide lain, mah, boleh gosokin di susu mama gak?


Sepertinya gak apa-apa.


Mama lantas duduk agak maju di kursinya lalu memegang kedua susunya. Aku meraih pnis dan mulai membelaikan ke belahan susu mama. Mama mendorong kedua susunya dengan hati-hati membuat efek seolah pnisku dijepit. Sambil menekan susu, mama menahan pnis dengan jemarinya agar tak lepas dari jepitan susunya.


Aku mulai menggyang pinggul maju mundur hingga pnisku seakan mengenai dagunya. Kulihat pnisku mulai mengeluarkan pelumas, bahkan mulai melengketi susu mama.


Ayo nak, sodok susu mama hingga keluar, suara mama tiba-tiba bersemangat.


Aku tak percaya apa yang kudengar. Baru kali ini kudengar mama berkata-kata seperti itu. Benar-benar menggairahkan.


Aku terus nyodok sementara mama memegang susunya.


Sodok terus, kata mama lagi bersemangat.


Tak perlu waktu lama hingga kurasa sudah saatnya.


Yusup mau keluar mah… ah…


Mama langsung melepas susu dan dengan tangan kiri meraih gelas. Tangan kanannya mulai ngocok pnis sementara gelas diposisikan.


Cukup beberapa kocokan membuatku memuntahkan peju ke gelas. Ohhh… kataku seiring pejuku membanjiri gelas. Mama terus ngocok hingga tetes terakhir. Setelah tiada lagi peju tersisa, mama melepas pnisku.


Aku kembali duduk di kursi. Nikmat gila, kataku sambil merem. Lalu aku sadar mama masih di sebelahku, aku membuka mata menatap mama, eh, maaf mah.


Gak apa-apa sayang, kata mama sambil melihat gelas. Mama ngerti kamu puas. Mama gak keberatan asal jangan terlalu kasar. Mama juga sengaja ngomong kayak tadi, ngebantu biar kamu cepet keluar.


Mendengar penjelasan mama membuatku agak santai, meski tidak sedang berada di pantai. Kulihat gelas, ternyata hampir penuh. Sudah tiga kali seperti ini. Padahal ini sesi ketiga.


Mama gak percaya kalau gak melihat, kamu masih mampu produksi sebanyak ini, katanya. Tak percaya tapi ini terjadi. Seharusnya kamu produksi lebih sedikit setiap abis keluar. Saat mama kerja kemarin, kita punya empat sesi. Sepertinya mesti kita pikirkan kembali nih. Biar frekuensinya sama seperti akhir pekan.


Aku mendengar mama bicara sambil diam mencoba memulihkan diri.


Mama mau ganti baju buat ngerangsang kamu saat di rumah, katanya. Bersihin dulu tubuhmu dan pake lagi boxernya. Mama bangkit, masih telanjang dada. Susunya bergerak bebas, mengambil pakaian dan bh lalu melangkah ke kamarnya. Mama gakkan lama.


Melihat goyangan pantat mama membuatku menelan ludah lagi. Apakah yang akan mama pakai?






Aku males naik jadi kuambil tisu, kubasahi dan kubersihkan diriku di dapur. Setelah bersih, kupakai kembali boxer dan sporthemku. Aku kembali duduk menunggu mama. Apakah yang akan mama pakai. Aku masih terbuai dengan rencana mama memberi rangsangan nonstop selama akhir pekan ini. Ditambah memakai pakaian merangsang.


Aku bahkan belum pernah melihat mama memakai pakaian lain selain pakaian biasa. Tapi tentu aku takkan protes. Benar-benar impian yang jadi kenyataan. Aku jadi penasaran dengan tubuhku, hari ini aku sudah empat kali keluar. Mungkin mama benar, aku mesti mencoba terus hingga tahu batasku. Tentu saja untuk diteliti oleh dokter Tari.


Aku juga penasaran sejauh mama langkah mama membiarkanku menyentuhnya. Namun sebelum berpikir lebih jauh, aku dengar mama menuruni tangga. Dari tempatku duduk di dapur, aku tak bisa melihat langsung ke tangga, jadi aku baru bisa melihat mama saat memasuki dapur. Mulutku mengangan. Tanpa melihatku, mama berjalan santai ke dapur.


Menuju aku. Kukedipkan mataku, takjub. Mesti kuingatkan, sebelum ini mama selalu berpakaian wajar, bahkan terbilang kuno. Meski tak bisa menutupi susunya yang besar. Karena tubuhnya yang gendut, mama juga selalu berusaha memakai pakaian yang takkan membuatnya terlihat gendut. Kini mama memakai legging, yang dipotong hingga sebatas dengan selangkangan, jadi mirip hotpants.


Mama tau kamu suka liatin pantat mama nak, kata mama tegas. Jadi biar mama puaskan matamu itu. Aku menelan ludah.”Ini… eh… benar-benar… eh… mama sangat seksi,” kataku, ragu-ragu, tak yakin dengan apa yang kukata.


Atasnya mama memakai tanktop. Belahan lehernya seperti digunting oleh mama hingga lebih rendah lagi membuat susu bagian atasnya terlihat olehku. Pentilnya terlihat mencetak. Berarti mama tak memakai bh.


Mama lalu menatapku, mama gak bake bh atau cd lho. Mama mau masak dulu buat malem. Duduk saja. Tapi kalau kamu terangsang terus udah mau keluar, tinggal bilang saja ke mama biar kita ambil sampel lagi. “Eh… ok ma,” kataku.


Mama membuka kulkas lantas menunduk untuk mengambil sesuatu. Pantatnya mencuat ke arahku. Sambil mama masak, mama berdiri lagi lalu menuju meja. Mama ingin tau hal-hal yang bisa merangsangmu. Kali aja bisa sekalian merangsangmu dengan membicarakannya.


Aku menelan ludah lagi. Mama mulai memotong sesuatu dengan pisau. Mama tahu kamu suka liat pantat mama. Tapi selain itu, kamu suka apa lagi?


Eh…


Katakanlah… katakan sejujurnya!


Pantat mama besar banget. Yusup suka. Terus? Apalagi pantat mama menggelantung gitu.


Mama kira lelaki sukanya yang singset, kencang gak menggelantung. Aku merasa agak percaya diri, yah, mungkin ada yang suka seperti itu. Tapi Yusup suka apa yang mama punya.


Mama tertawa, mama rasa mama udah tua, gendut lagi. Mana ada yang suka.


Aku mulai santai mendengar tawa mama. Gak juga mah, menurut yusup sih besarnya pas. Apalagi kalau mama jalan, yusup suka liat pantat mama goyang. Giliran soal pantat mama, banyak bener bahan yang bisa kamu omongin.


Memang mama gendut, tapi seksi. Makanya yusup selalu penasaran kenapa mama gak cari pasangan lagi. Siapa tahu banyak pria seumuran mama yang tertarik sama mama. Mama menjadi diam. Setelah itu berbalik dan membawa masakan ke meja. Saat berjalan, susu mama bergerak bebas dalam tanktopnya. Makasih nak, kata mama sambil tersenyum.


Aku ingin meraih dan meremasnya, seksi banget mah.


Mama kembali ke kompor, jadi kamu juga suka susu ya. Tentu saja.


Tapi gak sesuka pantat kan?


Yusup suka dua-duanya mah. Apalagi yang besar, kayak susu mama. Jadi itu sebabnya kamu selalu bergairah kalau liat tubuh mama? kata mama sambil membelakangiku. Yah, yusup suka wanita montok mah. Lalu sekarang gilirang keheningan yang muncul. Selama satu atau dua menit.


Kamu udah terangsang belum? kata mama akhirnya.


Iya mah.


Terus kenapa kamu gak bilang? mama berbalik lalu menatapku. Yusup kira belum cukup mah. Tunggu bentar lagi. Sambil nunggu ini matang, kita bisa ada sesi selama setengah jam sebelum makan. Mama kembali masak beberapa saat. Nah, ikuti mama. Mama lantas mengambil gelas dan keluar dari dapur.


Mama rasa kita mesti melakukan dengan cara yang beda, kini mama berdiri di sisi ranjangku. Kita bisa tambahkan variasi.


Boleh mah. Mama duduk di kasur, kalau gitu lepas pakaianmu.


Aku melepas pakaian sementara mama menonton. Aku kini telanjang berdiri di hadapan mama. Mungkin kita mesti awali dengan rangsangan susu, kata mama sambil melepas tanktopnya.


Mama memegang susunya dan mengarahkan padaku. Baru kali ini mama melakukannya. Ayo mainkan nak. Aku tak percaya perubahan pada diri mama sekarang. Aku berlutut di hadapan mama. Kumainkan susu mama dengan tangan dan mulutku. Bergantian ku hisap sementara yang lainnya kuelus dan kuremas. Tak lupa kupilin juga pentilnya.


Karena tadi kamu bilang demen banget sama pantat mama, sekarang kamu boleh sentuh dan cium pantat mama lewat legging.


Duar, andai ada petir menyambar di sebelahku, aku takkan seterkejut ini. Mama berdiri lalu berbalik. Membungkuk hingga tubuhnya bertumpu pada kasur. Otomatis pantatnya searahku. Posisi mama sungguh menggairahkan. Langsung kucium dan kujilati bawahan pantat mama yang tak tertutupi legging.


Santai nak, malam masih panjang. Lagian esok juga kamu bisa lakuin lagi.


Aku jadi agak santai setelah mengolah kata-kata mama. Setelah puas, kunaikan ciumanku setetes demi setetes. Dari belahan pantat, dapat kulihat vginanya mencetak. Kulebarkan pantat mama agar vginanya lebih kulihat lagi. Aku mulai menciumi belahan pantat mama. Mulai dari yang terluar hingga masuk ke dalam.


pnisku sudah tegang, namun kali ini kurasa seperti belum mau keluar. Aneh. Sepertinya mama menyadari ini. Gimana, udah mau keluar nak?


Belum mah. Kok? Wah, menarik nih, kata mama sambil tetap tak bergerak. Gimana kalau tambahkan rangsangan lagi. Coba kamu kenakan pnismu ke pantat mama lagi. Tanpa dikomando lagi aku langsung berdiri dan memengang pnis dengan tangan kananku. Kugerakan pnis hingga seperti menampar pantat mama.


Tentu tak sekeras tamparan sendal jepit pada pipi oleh guru olahraga. Namun cukup untuk memberikan sensasi nikmat. Mama mulai menggerakan pantatnya. Meski pelan namun membuat pantat mama bergoyang ke kanan kiri. Lalu kulihat belahan pantat mama lagi. Kucoba menyelipkan pnis ke belahan pantat mama.


Mama tersentak sebentar, namun tak berkata apa-apa. Kuteruskan sodokanku di celah pantat mama. Saat mentok, kudiamkan sebentar merasakan lembutnya daging vgina mama yang berbalut legging. Kutarik lalu kutekan lagi. Mama kembali tersentak. Akhirnya aku merasa sudah waktunya, rasanya Yusup mau keluar mah.


Mama meraih gelas, berbalik dan duduk di kasur. Tangan mama lantas meraih pnisku dan mengocoknya. “Uhh… Uhhh… Uhhhh …” aku mendengus sambil keluar.


Bagus nak… terus, kata mama bersemangat.


Aku terus keluar hingga tak ada tetes yang tersisa. Mama membersihkan tetes akhir dengan tangannya. Mama mengamati gelas. Kayaknya mulai agak berkurang dibanding sebelumnya. Kayaknya tinggal sedikit lagi nih. Aku duduk di kasur lalu memandang gelas di tangan mama. Benar, lebih kurang kali ini. Bisa jadi mah.


Abisya itu yang keempat sih. Mungkin nanti mama perlu memberi rangsangan berlebih agar kita tahu apa sperma Yusup benar habis. Ya, gak masalah, jawab mama sambil menatapku, tersenyum. Ntar abis makan mama coba pake yang lain. Kamu takkan kecewa deh. Aku tersenyum. Makasih mah, syukurku. Yusup jadi gak sabar nih.


Mama menampar pipiku, tentu saja pelan. Lalu mengelusnya. Udah bersihin dulu sana. Mama mau nyatet dulu nih. Kalau udah siap kita makan dulu. Mama lalu bangkit, tangan kanan memegang gelas sementara tangan kirinya mengambil tanktop.


Saat mama melangkah keluar, kulihat lagi pantatnya yang bergoyang menantang. Aku senang, bukan karena apa yang mama janjikan. Tapi karena telah menyentuh vgina mama, meski mama masih berlegging.


Kubersihkan diriku, pake boxer dan sporthem lalu turun. Mama di dapur, masih memakai pakaian yang barusan. Makanan sudah di meja. Namun ada yang aneh. Ada botol yang, kadang ku minum bersama teman-teman.


Intisari? tanyaku setelah duduk. Iya, biar kamu santai, jawab mama tanpa menatapku. Anggap aja obat biar membantu kamu keluar, mama menambahkan. Juga biar mama bisa santai. Ingat, kegiatan kita kan perlu dua orang. Aku terdiam sejenak. Lalu memikirkan kata-kata mama sambil makan. Kutuangkan pada gelas dan kuminum.


Iya sayang. Tapi mama rasa semua ibu juga pasti mau membantu anaknya, semampunya.


Iya mah. Tapi apa yang mama lakukan, benar-benar luar biasa. Apalagi yang, mama tahu kan, ngerangsang Yusup.


Apa yang terjadi terjadilah, tapi ingat nak, saat kamu eluskan pnis ke vgina mama, mama memang gak ngomong. Tapi jangan pernah kamu masukkan pnismu ke vgina mama.


Aku kecewa mendengarnya. Tapi, lanjut mama. Kita bisa melakukan yang lain. Maksud mama? aku penasaran. Seperti kata mama. Mama akan bilang kalau mama setuju. Tapi kita makan dulu dan ngomongin yang lain. Kami makan sambil bicara hal lain. Sesekali aku minum. Mama juga. Membuat kami lebih santai.


Kalau kamu masih mau, masih ada kok. Sengaja mama beli. Mama mau santai dulu di kamar. Ntar mama panggil kamu. O, ya. Kamu suka cd warna apa?


Aku tersipu malu. Ya… mama gak pernah nanya gitu sebelumnya, tapi, mungkin hitam mah. Warna lain juga boleh. Mama senang kamu jawab hitam. Kamu beresin dapur ya.


Mama lantas bangkit dan melangkah ke kamarnya. Aku duduk sejenak menenangkan pikiranku. Setelah membereskan dapur, aku duduk santai di depan tv sambil mendengar musik dari tape. Kudengarkan Sinatra sambil menutup mata. ***


Mama memanggilku. Aku mematikan tape. Ambil sebotol dan dua gelas ke ruang tv nak. aku melakukan apa yang mama suruh. Kutaruh botol dan gelas di meja di depan sofa.


Meski disebut ruang tv, namun semenjak mama cerai tak ada lagi tv. Hanya ada tv di kamarku dan kamar mama. Ada satu meja, satu sofa panjang di sebrang meja dan sofa pendek di sisi kanan kiri meja. Kutuangkan anggur ke gelas mama dan gelasku. Lantas aku duduk di sofa pendek yang menhadap tangga. Agar bisa kulihat kedatangan mama.


Beberapa saat kemudian kudengar suara mama melangkah. Jantungku berdetak lebih kencang, seperti genderang mau perang. Akhirnya mama datang sambil membawa gelas ukuran. Lalu berdiri diam.


Luar biasa apa yang mama pakai. Aku hanya pernah melihat wanita memakai pakaian seprti itu di film porno. Mama memakai bh dan thong berwarna hitam. Aku tahu namanya thong karena pernah kucari tahu di net. Perut mama berlipat akibat kegemukannya. Melihatku yang hanya bisa melongo, mama lantas memutar tubuhnya.


Keras mah. Tapi Yusup gak keberatan melihat mama agak lama lagi.


Ya sudah, biar mama gini dulu. Kamu liat mama jalan, biar puas.


Mama lantas berputar dan melangkah menjauh. Pantat mama sungguh seksi. Mama melangkah hingga teras yang menuju taman. Sampai di pintu teras, mama berbalik dan berjalan ke arahku. Kini kulihat susu dan perut mama bergoyang seiring langkahnya. Setelah di depanku, mama tersenyum lalu berbalik lagi. Mama berbungkuk menunjukan pantatnya padaku.


Mama berdiri, berbalik dan melihatku telanjang. pnisku sudah tegang. Bener nih udah siap? Iya mah. Tapi sebelum keluar, mungkin boleh nambah rangsangan lagi. Boleh pegang pantat mama, lagi? Boleh, biar mama nyaman dulu.


Mama mendekati sofa pendek dan menyandarkan tangan ke sofa hingga mama membungkukkan pantatnya. Sekarang mama udah nyaman. Ayo mulai.


Aku langsung berlutut di belakang mama. Kucium pantat mama. Harum baunya. Kuremas dan kujilati. Lalu kujulurkan lidah agak ke dalam, ke celah pantatnya. Dapat kujilat anus dan vgina mama karena mama memakai thong.


Boleh pake pnis lagi gak mah?


Iya, tapi jangan masukan ke belahan pantat mama. Mama menggoyangkan pantatnya. Ingin kutarik thong ke pinggir dan menusukan pnis ke vgina mama. Tapi aku masih bisa menahan. Kuraih pnis dengan tangan kanan. Kutamparkan ke pantat mama beberapa kali hingga pelumasku keluar. Kutekan-tekan ke pantatnya.


Mama berbalik ke arahku dan membelai pnisku. Biar mama lepas bh mama, kata mama sambil melepas bhnya. Susu mama terpampang di depanku. Mama lantas berlutut di hadapanku. Punggungnya bersender ke sofa. Entot susu mama, siapa tahu bisa. Edan, mendengar kata-kata mama membuatku makin semangat. Mama memegang susu sementara kutusukan pnis diantara sela susunya.


Kulihat pentil mama seperti mengeras. Kuusapkan lubang pnis pada pentil mama, kanan dan kiri. Lalu aku kembali ke sela susu mama lagi. Bagus, entot terus susu mama sayang. Kuentot terus hingga pnisku hampir mengenai dagunya. Namun belum kurasa akan keluar. Hingga beberapa saat berlalu. Masih belum mau keluar mah.


Udah, berhenti dulu. Kita coba cara lain.


Kuhentikan aksiku. Mama berdiri dan mengambil gelas ukuran dari meja, lalu duduk. Aku mengikuti namun tetap berdiri di depan mama hingga pnisku sejajar dengan wajahnya. Makin hari makin lama kamu keluarnya ya. Biar mama coba yang baru. Ingat, semua ini mama lakukan demi membantu kamu keluar.


Iya mah, meski aku tak tahu maksudnya. Mama mesti merangsang pnismu dengan mulut mama. Tapi mama ingatkan, lelaki yang baru pertama kali dioral pasti langsung keluar. Kamu baru pertama kan, tapi mengingat makin hari kamu makin susah keluar, mungkin gak terlalu cepat. Aku tersipu malu. Eh, iya mah, makasih.


Tangan mama masih memegang gelas ukur, coba kamu maju agak dekat.


Aku hamu hingga pnisku hampir mengenai mulut mama. Mama membuka mulut dan memasukan pnis ke mulutnya. Perlahan mama mulai mengeluarkan suara seperti sedang menyeruput. Mama mulai memaju mundurkan kepalanya. Aku memegang rambut mama dengan tanganku. Mama menghentikan gerakan kepalanya. Kini mama memainkan lidah saat pnisku masih di dalam mulutnya.


Setelah beberapa saat, mama menghentikan jilatannya dan kembali menghisap pnisku. Hisapan dan jilatan lidah mama membuatku tak tahan. Yusup mau keluar mah. Mama menghentikan aksinya, menyiapkan gelas pada pnis lalu mulali mengocok pnisku. “Ahhhhh… Uhhhhhhh… Ohhhh.” aku menyemburkan peju ke dalam gelas hingga selesai.


Aku memandang gelas ukur dan ternyata spermaku hanya setengahnya. Namun aku lega masih bisa memproduksi sebanyak itu. Barusan nikmat sekali mah. Mulut mama benar-benar tau cara merangsang.


Tiap lelaki pasti suka. Mama gak pernah lakuin lagi sejak cerai. Papamu juga suka sama kayak kamu. Tetap, aku jadi malu mendengarnya. Rupanya mama menyadari kalau aku malu.


Kamu kok kayak masih malu kalau kita bicarain soal rangsangan. Gak perlu lah. Lagian kan yang kita lakukan ini demi kesehatan. Agar kita bisa kasih tahu dokter berapa banyak sperma yang bisa kamu produksi dalam sehari. Eh, iya mah. Hanya saja, bicara dan berlaku gini sama mama tentu bikin malu awalnya.


Maksud mama? Kamu boleh ngomong kasar sama mama biar gak terasa kaku. Kalau udah gak kaku, mama yakin bakal membuatmu makin lancar keluarnya. Contohnya, coba kamu bilang kalau kamu ingin ngentot susu mama.


Aku tersipu mendengarnya, kamu gitu lagi deh, kata mama. Maaf mah, jawabku. Yusup ingin ngentot susu mama. Bagus. Sekarang coba bilang kamu suka pantat mama, agak kasar ya.


Aku berpikir sejenak, lalu mulai merasa percaya diri. Pantat mama seksi, Yusup suka. Apalagi kalau ditampar sama pnis yusup. Lumayan, kata mama. Coba lagi dengan susu mama.


Tuh susu diisep aja udah nikmat. Apalagi dientotin. Mulai ada kemajuan. Sekarang mama mau dengar kamu bilang mau liat vgina mama.


Oh, mama tak pernah menyinggung hal itu sebelumnya.


“Eh …” Aku ragu-ragu.


Mama gak bilang entot vgina mama. Tapi kamu boleh lihat jika memang membantumu keluar.


Aku menarik nafas dalam-dalam. Setelah itu mulai bicara, yusup ingin liat vgina mama. Kini aku merasa lebih berani, coba Yusup periksa vgina mama. Pinter, mama terlihat senang.


Aku lantas berinisiatif, coba liat anus mama, biar yusup jilatin. Bagus, kata mama.


Aku terkejut mama tak keberatan. pnisku lantas bergerak-gerak.


Mama lihat percakapan kita berefek padamu. Tapi biar kita istirahat dulu. Minum lagi yuk. Ntar tinggal bilang aja kalau kamu udah siap lagi. Aku hanya bisa menelan ludah. Kulihat mata mama, ada sesuatu yang sudah lama tak kulihat.


Udah bersihin dulu tubuhmu. Terus abis itu telanjang aja.


Aku berdiri dan melangkah ke kamarku. Setelah membersihkan diri aku kembali lagi turun. Mama sedang duduk sambil memegang gelas. Hanya berbalut thong kuperhatikan.


Mama udah catet prosesmu saat kamu di atas. Di meja kulihat gelas ukur sudah bersih dan kosong. Itungannya mulai menurun. Bagus. Aku duduk di sofa panjang, mengambil gelas dan minum. Kupandang mama, mama balas menatapku. Apa? kataku. Mama lagi mikir cara ngerangsang kamu. Mungkin kita mesti coba hal-hal baru.


Permainan? bingung, bingung kumemikirnya.


Iya permainan. Dulu papamu suka ngajak mama main. Saat awal pernikahan. Aku tersipu.


Hentikan. Udah mama bilang agar kamu lebih santai lagi.


Eh iya mah maaf. Yusup masih mencoba membiasakan diri. Kita mulai aja. Mama berdiri dan meletakan gelasnya di meja.


Kamu tau spank gak?


Apaan tuh mah?


Istilah untuk menampar pantat.


Oh, iya mah. Paham Yusup.


Sekarang mama nungging terus kamu coba spank mama. Alias tampar pantat mama. Mama lantas nungging dengan tangannya bersandar ke sofa. Aku berdiri di sebelah mama, melangkah mundur satu langkah. Kuangkat tangan kananku lalu kutampar pantat kiri mama. Pantat mama bergelombang menerima tamparanku. Lebih kuat lagi nak.


Kulanjutkan aksiku. Kini kutampar pantat kanan mama. Tak pernah kubayangkan sebelumnya, bahwa aku sangat menikmatinya. Melihat pantat mama bergelombang sungguh nikmat. Lalu kusadari pantat mama mulai memerah akibat tamparanku.


Oh… gumam mama.


Mama terlihat sangat menikmatinya. Baru kali ini kusadari mama menikmati sesi kami. Kuputuskan untuk mengikuti arus dan mencoba menyemangati mama. Plak… mama suka ini hah?


Iya nak, suka banget. Dulu juga papamu suka nampar pantat mama, bahkan sambil ngomong kasar. Kamu mau coba? Siapa tahu bisa bikin cepet keluar. Kata-kata mama memberi rangsangan tersendiri. Sebelum ini, aku selalu mengira mama wanita yang normal, bahkan cara berpakaiannya pun termasuk kuna. Tak pernah kulihat mama bersikap nakal, apalagi genit.


Siap mah, aku percaya diri. Aku pindah ke sisi kanan mama. Kutampar lagi pantat mama memakai tangan kiriku. Montok sekali pantat mama, kataku menambahkan. Oh… Bagus nak. Bilang mama kalau kamu suka. Kamu mau mama ngapain biar kamu keluar? Aku lantas berlutut di belakang pantat mama dan menciumi pantatnya.


Terus nak.


Aku lantas berdiri. Mama berbalik hingga menghadapku. Kulihat susunya menggelantung. Wajah mama seperti memerah, namun aku pilih untuk tak berkata. Bagus nak. Minum dulu yuk. Kami minum lagi.


Sekarang giliran mama, kata mama. Aku terperanjat. Bingung apa yang harus aku lakukan alias tak paham. Aku semacam tampak terperanjat, tidak tahu apa yang dia maksudkan dengan itu.”Eh …” kataku.


Maksud mama giliran mama tampar pantat kamu. Coba dulu, kalau gak suka tinggal bilang mama. Ayo siap kayak mama, nungging!


Aku ragu bakal suka dispank. Lagipula, bukankah ini semua tentang membantuku keluar. Lalu aku ingat mama sangat suka memainkan pantatku dengan tangannya, dulu. Mungkin mama menikmati hal seperti ini. Kuputuskan untuk mencoba, karena jika mama bisa sampai lepas kendali, siapa tahu apa yang terjadi di akhir.


Gimana nak?


Terus aja mah.


Baik, kali ini akan sedikit keras. Siap nak?


Siap mah.


Mama kembali menampar pantatku dengan sedikit keras. pnisku gerak merespon, aku tak tau mengapa. Diantara tamparan, mama menyapu belahan pantatku dengan jarinya. Aku kegelian. Lantas mama mengelus pantatku. Nyaman rasanya. Biar mama ikuti yang kamu lakukan ke mama. Mama langsung menciumi pantatku, lembut.


Aku tak percaya mama bilang gitu. Namun, aku tetap berbalik. Mama tetap berlutut hingga wajahnya sejajar dengan pnisku.


Sebelum melangkah lebih jauh, mama menatapku. Karena kamu keluarnya lama, sepertinya ini cara satu-satunya. Lalu tanpa basa-basi, mama mulai menjilati pnisku. Terus menghisapnya. pnisku terasa hangat di mulut mama. Mama menghisap selama satu atau dua menit. Namun tetap belum kurasa akan keluar.


Nikmat mah. Tapi agar tambah rangsangannya, gimana kalau, seperti yang mama bilang, liat vgina mama.


Mama tetap menghisap tanpa menatapku. Sepertinya mama menikmatinya. Beberapa saat kemudian mama menghentikan aksinya. Boleh, tapi biar mama minum dulu. Aku tak tahu kenapa mama ingin minum lagi. Entah karena agar lebih berani atau apalah-apalah. Masih berlutut, mama meraih botol dan menuangkan ke gelas.


Nikmat nak. Gini aja. Biar mama celupin pnis kamu ke anggur, terus mama isep. Gak keberatan kan? Apa aku keberatan? Tentu saja tidak. Apa mama mengatakan hal seperti itu? Tentu aku tak peduli. Lantas aku hanya mengangguk tanpa bicara. “Mama mendekatkan gelas lantas mencelupkan pnisku ke dalamnya.


Mama bener-bener haus ya, kataku akhirnya. Iya. Mama bener-bener menikmatinya. Mungkin udah saatnya kamu liat vgina mama. Siapa tahu bisa buat kamu keluar.


Mama meletakan gelas. Sementara kutuangkan segelas untukku dan minum. Mama berdiri dan melepas thong. Kulihat jembut mama agak rapi. vginanya tak begitu jelas karena paha mama menyatu dan daging di atasnya seperti turun menutupi vgina. Mama lantas menunjuk sofa panjang. Duduk di sana, aku langsung duduk.


Sementara mama duduk di sofa pendek. Kini mama tak hanya duduk, namun mengangkat lutut dan menyandarkan ke lengan kursi hingga terbuka. vgina mama seperti ada di dalam, tertutupi oleh daging tebal yang menjadikan vgina mama kurang terlihat. Lalu dengan jemarinya mama melebarkan daging yang menutupi vgina hingga terlihatlah vgina mama.


Wow, mama bener-bener seksi. Bagus kalau kamu suka, kata mama sambil melihat pnisku yang tegang.


Mama lantas memainkan jemari di vginanya, kadang dimasukan jemari itu ke vginanya. Kadang dibuka lebar vgina mama hingga bisa kulihat. Aku ingin mendekati dan menciuminya, namun aku ragu. Aku tahu mama takkan mengizinkanku ngentot vginanya.


Mungkin mama bisa membaca pikiranku yang tak dapat dimengerti, kaki di kepala kepala di kaki. Kini, saat lihat vgina mama, kamu ingin ngapain? Keraguanku langsung sirna. Sirna itu sempurna. Dengan percaya diri aku berkata, ingin Yusup jilat vgina mama. Pinter, senyum mama. Kamu kini lebih percaya diri.


Berarti bisa lebih cepet keluar. Sekarang kamu boleh jilati, lebih dari pada itu tidak. Tapi, biar mama isep pnis kamu dulu. Aku bangun dan mendekati mama. Mama langsung duduk dengan wajar. Tangannya meraih pnisku dan menghisapnya. Mama jilati juga lubang kencingku. Kulihat mama benar-benar menikmati aksinya.


Entah karena anggur atau karena mama biarkan dirinya lepas, lepas dari menahan diri untuk tidak menunjukan kalau mama juga menikmati sesi kami. Nikmat mah… Isep terus.. Pake lidahnya, aku menyemangati mama. Mama melakukan apa yang kukata. Yusup pingin liat vgina mama. Mama menghentikan aksinya dan menatapku.


Kulihat mata mama sedikit berair mata, aku jadi khawatir. Udah lama mama gak isep pnis nak. Mungkin kamu udah ngerangsang mama. Mama harap kamu ngerti. Mama malu sama diri mama sendiri, kok bisa-bisanya mama terangsang oleh kamu. Kamu mau maafin mama nak? Kulihat mama seperti kesal. Mungkin karena terangsang oleh apa yang dilakukannya, jadi kesal pada diri sendiri.


Aku tak tahu apa karena minuman atau bukan, namun yang pasti kini mama sedang berjuang melawan perasaannya. Tidak perlu mama merasa malu. Janganlah terlalu keras pada diri mama sendiri. Lakukan saja apa yang mama suka. Yusup tidak keberatan mah. Terlebih alasan dibalik semua ini adalah bantuan mama untuk membantu Yusup keluar.


Aku mengangguk. Kamu berbaring nak di lantai. Aku menuruti kata-kata mama. Setelah berbaring, mama mengambil gelas ukur lantas mengangkangi kepalaku, berlutut diatasnya. Kini terlihat jelas bagian dalam vgina mama.


Gimana nak?


vgina mama seksi bener. Turunkan mah.


Mama menggeliat menurunkan pinggul hingga dirasa pas. Langsung kujilati vgina mama sementara tanganku melingkari paha mama meremas pantatnya. Perutku terasa sedang digesek susu mama. Rupanya mama telah siap. Kubiasakan aroma dan rasa vgina mama. Awalnya terasa aneh memang. Mama mulai menjilati pnisku.


Kembali kujilati vgina mama hingga liurku bercampur dengan cairan mama. Kuhisap juga bibir tebal daging luar vgina mama.


Mama memainkan pnisku dengan mulutnya. Kurasakan sebentar lagi akan keluar. Bentar lagi keluar mah, kuperingati mama.


Mama makin liar memainkan mulut di pnisku. Keluarkan sekarang nak.


Meski tak bisa kulihat, kudengar mama sedang memposisikan gelas. Tangan mama mengocok pnisku. Lidahku menjilat dan menerobos vgina mama. “Ahhh… Ahhh… Ahhhh.” akhirnya aku keluar. Kulepas mulut dari vgina mama. Nikmat sekali. Mama masih mengocok pnisku agar tiada yang sia-sia.


Pantat mama bikin gemes, kataku sambil meremas dan melebarkan pantat mama.


Makasih sayang, mama lantas menurunkan pantatnya dan menggesekkan hingga vginanya menggesek mulut dan hidungku. Setelah itu diangkat lagi.


Mama bener pinter ngegoda nih. Setidaknya mama tahu kamu suka kan. Akhirnya mama berdiri bangkit lalu duduk di sebelahku sambil menatapku. Susu mama tampak seksi. Mama mengangkat gelas ukur dan memperhatikannya. Hasil sesi ini hanya sedikit. Setengah gelas pun tidak. Kayaknya udah mencapai batas ya, mama juga udah lelah.


Aku mengangguk setuju.


Ingat nak, senin kita ada janji sama dokter Tari. Istirahat yang cukup buat sesi esok.


Mama mencium pipiku lalu berdiri dan melangkah. Aku pun bangkit ke kamarku lalu tidur.


***


Goyangan di lengan membuatku membuka mata, meski masih ngantuk. Rupanya mama telah duduk disampingku. Mama tersenyum melihatku.


Bangun nak. Udah pagi nih.


Iya mah. Aku merasakan sesatu menyentuh perutku. Mama telah menyingkap selimut dan kini mengelus perutku turun hingga masuk ke dalam celanaku.


Ayo kita mulai sesi pagi, mama udah bawa gelas ukurnya.


Aku tak yakin mama ingin aku keluar sepagi ini, tapi kantukku langsung hilang. Mama menarik celanaku hingga pnisku muncul. Lalu celana itu dilempar mama. Tanpa bicara, mama membungkuk dan mulai menghisap pnisku. Mama terlihat seperti ingin ngentot, pagi ini. Hangatnya mulut mama, lembutnya jilatan mama membuat pnisku jadi keras.


Mungkin melihat pnisku yang udah tegang, mama berdiri lantas melepas dasternya hingga telanjang.


Karena pnismu udah tegang, mama kasih sesuatu agar lama tegangnya, goda mama. pnis kamu enak pagi ini. Mama ingin nikmati lebih lama lagi.


Mama turun dari ranjang lantas berdiri dan berputar menunjukan pantatnya. Lalu mama menggoyangkan pantatnya. Gimana pantat mama nak?


Kayaknya pingin dijilati Yusup tuh pantat. Ya boleh asal kamu bolehin mama isep pnis kamu lagi. Ingat, sekarang mama juga suka ikut terangsang tiap kita melakukan sesi ini. Baru kali ini kudengar pengakuan mama. Aku mengangguk tanpa bicara. Aku ikut turun dari kasur dan berdiri. Mama langsung berlutut dan menghisap pnisku.


Aku belum merasa mau keluar. Bagus. Namun melihat susu mama bergoyang bikin tak tahan juga. Setelah puas, mama akhirnya melepas pnisku. Sekarang waktunya menu khusus. Mama mau nyender ke kasur dan nungging. Kamu boleh ngapain aja sama pantat mama, asal jangan masukin pnis kamu. Mama berdidi menghadap ranjang dan menjatuhkan diri ke ranjang.


Sementara kakinya tetap berdiri membuat pantat mama menantang karena nungging. Sebulan lalu aku tak berani mama yang selalu sopan dan pemarah akan melakukan ini. Inilah mimpi yang jadi kenyataan. Aku segera berlutut di belakang mama. Kujilati pantat mama sambil meremasnya. Kujilati anus mama sambil maju berusaha menjilati vgina mama.


Oh… baru kali ini kudengar mama mengerang kenikmatan. Terus, jilat terus di situ nak. Kuturuti permintaan mama. Kutepuk paha mama kanan dan kiri. Mama langsung melebarkan kaki hingga akses lidah ke vgina mama makin mudah. Kulihat anus mama mengerut dan membuka. Kujilati saja anus mama dan kutusukan lidahku.


Oh… Oh… teus.. teruss… nikmat… Memang, aku terus melakukannya sambil melebarkan pantat mama dengan tanganku.


Ahhhh, mama mengerang lagi. Kini aku kembali menjilati vgina mama. Kujilati vginanya. Aku sangat ingin ngentot mama, tapi mama pasti nolak. Tapi aku juga tau mama udah terangsang. Akhirnya aku hanya bisa bilang, boleh tampar pantat mama pake pnis gak? Yusup janji takkan yusup masukin.


Iya, jawab mama mengejutkanku. Aku langsung menamparkan pnis ke pantat mama. Kuelus juga hingga pelumasku membasahi pantat mama. Melihat belahan pantat yang sangat menggoda, kugesekan helm pnis ke belahannya. Rasanya aku mau keluar, tapi aku coba mengontrol diri. Mama tak protes tindakanku, jadi aku semakin berani.


Kemudian kata-kata mama membuatku terkejut, udah nak, mama gak tahan. Masukin, tapi jangan keluar di dalem. Kita perlu catatannya.


Aku tak percaya. Aku benar-benar tak percaya. Namun, tanpa ragu lansung kutusukan pnisku hingga masuk ke vginanya. “Ahhhhhhhhh …” teriakku saat aku berusaha menyodok mama. Kutarik dan kusodok lagi. “Ohhh…”


Mama juga mengerang nikmat sepertiku. Kupompa vgina mama dengan pnisku. Kupegang pantat mama. Nikmat sekali. Aku jadi lupa segalanya. Kupercepat sodokanku hingga kurasakan akan segera keluar. Ohhhhh… erang mama. Akhirnya kusemprotkan peju di vgina mama. Ahhhhh… kataku seiring keluarnya peju.


Mama juga mengerang keras saat vginanya kusemprot. Akhirnya setelah beberapa semprotan, pnisku lemas dan aku rebahkan diri di kasur sambil menutup mata. Akhirnya kuentot mama dan kusemprot vginanya.


Rasanya keheningan antara aku dan mama berlangsung berabad-abad. Mama memutuskan bicara dengan tenang tanpa melihatku, apa yang telah kita lakukan? Aku memilih diam untuk beberapa saat. Namun tetap kujawab juga, Yusup gak bisa menahan diri, sama kayak mama.


Suasana hening lagi.


Kamu benar, kata mama setelah beberapa menit. Hadapi saja. Apa yang terjadi terjadilah. Lagian lama-lama juga pasti terjadi. Hanya saja kita gak bisa ngitung sampelnya. Mama berhenti bicara seolah berpikir. Mungkin kita bisa ngitung rata-rata sesi sebelumnya. Tapi kamu harus janji, jangan pernah kasih tahu siapa pun tentang barusan.


Iya mah, Yusup paham.


Bagus nak. Mama jadi tenang mendengarnya. Mama berhenti lagi sebentar. Mungkin kita juga bisa lakuin lagi untuk membantumu keluar. Lagian semua udah terjadi, katanya tambah mengejutkanku. Luar biasa.


Tapi nanti mesti kamu keluarin di luar, biar kita dapat sampel. Iya mah akan Yusup coba. Tapi, mungkin sulit. Yusup kan baru pertama ngerasain.


Mama tak menjawab. Beberapa saat kemudian aku seperti ingin ke kamar mandi. Aku bangkit dan berkata, Yusup kencing dulu mah. Aku ke kamar mandi. Biasanya pintu kututup, tapi kali ini kubiarkan terbuka. Aku mulai kencing. Lalu aku merasa sedang ditatap. Aku menoleh ke pintu rupanya mama berdiri di sana.


Enggak dong mah, jawabku sedikit terkesima. Bagus. Mandi bareng yuk, siapa tahu dapet sampel lagi.


Aku senang bukan main mendengarnya. Boleh mah. Ya udah, mama juga pingin kencing nih. Mendadak aku ingin seperti mama, Yusup liat ya?


Mama menatapku sejenak, kenapa tidak?


Mama lantas duduk di toilet. Aku memperhatikan. Urin mama mulai keluar memperdengarkan suara khas saat urin itu mengenai toilet. Setelah melihat mama kencing, pnisku bergerak-gerak. Mama menyadarinya. Kamu suka liatnya. Terangsang ya?


Iya mah. Yusup suka. Aneh kamu, kata mama. Lalu mama bicara lagi, sini, kita coba sesuatu sebelum mandi. Aku berdiri di hadapan mama yang sedang duduk di toilet. Mama lalu mengisep kntolku.


Nikmat mah. Mama menghentikan isepan lalu menjilati testisku. Tangannya membelai pnisku. Cukup. Mama cuma ingin tahu apa pnismu cepet keras kalau sambil gini. Lain kali kalau mama ingin kencing, kamu ikut ke toilet. Mama isep pnismu sambil mama kencing biar pnismu cepet keras. Kayak sekarang.


Tunggu di sini. Biar mama ambil gelas ukur dulu. Menunggu mama mebuat pnisku kembali lemas. Akhirnya mama datang lagi memegang gelas ukur. Mama meletakannya di bak dan mulai membasahi tubuh kami. Setelah itu mama mulai menyabuniku. Saat membersihkan pantat, mama mengelusnya. Mama elus pantatmu ya.


Mama lantas mengeluskan jari di belahan pantatku hingga mencapai testis. Rasanya sungguh geli. Apalagi mama memainkan jarinya saat di anusku. Setelah itu mama berhenti, sekarang sabuni mama. Aku berbalik lantas menyabuni mama. Saat menyabuni susu, kuremas-remas sebentar. Aku lantas berlutut menyabuni perutnya yang buncit dan terus ke bawah.


Apa mah? Kita pelukan aja biar enak gosoknya. Sambil tangan juga gosokin. Dasar petugas perpustakaan, ide mama banyak. Mama lantas memeluku. Tangannya menyentuh punggungku. Aku pun sama memeluk mama.


Gosokan susu mama menggosok dadaku. Perutku menggosok perut mama. Sedang tangan kami membersihkan punggung dan pantat pasangan.


pnisku mulai bangun kembali. Mama pun menyadarinya. Udah bangun lagi ya. Kalau kamu janji keluarin di luar, mama izinkan kamu lagi. Aku langsung berjanji. Kita basuh dulu. mama lalu membasuh tubuh kami dengan air lalu membersihkan sabun yang menempel di tubuh.


Setelah bersih, kami saling berhadapan. Mama lantas berlutut dan mulai menghisap pnisku. Setelah puas, mama berdiri, berbalik dan tangannya memegang bak mandi, lalu nungging. Sambil gini aja, kata mama tegas. Mama juga ingin kamu ngomong kasar. Ingat, jangan keluar di dalem. Ngomong kalau mau keluar.


Iya mah. Tapi biar Yusup jilat dulu.


Aku berlutut di belakang mama. Kulebarkan pantat mama dan mulai menjilati vginanya dari belakang. Setelah itu kujilati juga anusnya sambil meremas pantat mama. Aku lantas berdiri, memegang pantat mama, melebarkannya dan menusukkan pnis ke vgina mama, pelan-pelan saja. “Ahhhh,” mama tersentak, saat pnisku masuk seutuhnya.


Kutekan, kutarik sedikit dan kudorong lagi.


Terus, ah… kata mama mengejutkanku. Enak yah dientot? Iya, terus… Tanganku pindah dari pantat ke susu mama. Kuremas remas. Setelah itu kembali lagi ke pantat. Kutampar kini pantat mama. Nakal ya, anak sendiri dientot juga. Plak…


Sungguh liar, nakal, brutal membuat orang lain yang melihat bisa menjadi gila. Kenikmatan ini tak lagi dapat kutahan, kurasakan akan segera keluar. Untung aku masih ingat wejangan mama. Mah, mau keluar nih.


Mama tetap mengerang tak menghentikan aksinya. Terus. Keluarin di dalem. Semprot mama ahh… Persetan dengan semua ini. Langsung kugenjot vgina mama hingga memuntahkan lahar panas. Aahhhhhh… tak terasa aku dan mama mengerang berbarengan. Sepertinya mama juga keluar. Kupegang pantat mama selama menyemprotkan peju di vgina hingga tak bersisa.


Ya terang saja, mama tak mau kucabut pnis. Ya terang saja, mama ingin keluar juga. Karena ngentot, karena ngentot begitu nikmat. Beberapa saat kemudian pnisku lemas dan lepas dari cengkraman vgina mama. Tanganku masih memegang pantat sementara mama masih menengadah di sofa.


Nikmat nak. Rasanya mama gak peduli lagi tentang sesi kita. Tapi kita tetep perlu, demi kesehatanmu.


Hahahaha… mama bisa aja jawabnya.


Mama bangkit, berputar lalu memelukku. Setelah itu kami mandi sama-sama.



Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)
To Top