Hadiah Ulang Tahun Terindah Dari Ibu Tiri

Mama
0


Aku tidak menyangka kalau semuanya ini bakal terjadi. Aku memang sering mengkhayalkannya. Tapi tidak pernah merencanakannya. Dan begitulah, kehidupanku jadi banyak liku - likunya. Liku - liku yang indah mau pun yang jahanam. Tapi aku harus mengakuinya, bahwa semua itu jahanam tapi indah… indah sekali.

Perkenalkan dulu namaku Chepi (nama - nama pelaku dan TKP sudah disamarkan semua).

Aku hanya mendengar ceritanya saja, bahwa Papa menikah dengan Mama pada saat Mama berusia 19 tahun dan Papa sudah berusia 41 tahun. Lalu Mama hamil dan melahirkanku ketika usia Mama sudah 20 tahun.

Kemudian pada saat aku baru berumur 9 tahun, Papa bercerai dengan Mama.

Pada saat itu aku masih kecil, baru kelas 3 SD. Sehingga aku tidak punya inisiatif untuk bertanya kenapa mereka harus bercerai. Aku hanya menurut saja. Bahwa aku harus ikut pada Papa, meski pun Mama berusaha untuk membawaku ke rumah orang tuanya.

Dan yang sangat menyedihkan (tapi aku tak berani melawan), aku dilarang mengunjungi rumah Mama di kampung yang lumayan jauh dari kotaku. Aku menurut saja, meski hatiku berontak, karena merasa masih membutuhkan pelukan kasih sayang Mama.

Setelah aku besar, barulah aku tahu bahwa Mama minta diceraikan, karena Papa menikah lagi dengan seorang gadis yang usianya hanya 10 tahun lebih tua dariku. Gadis yang dinikahi oleh Papa itu adalah anak buah Papa sendiri di kantor.

Hanya beberapa hari setelah Mama pulang ke rumah orang tua di kampungnya, seorang wanita yang masih sangat muda dibawa ke rumah Papa. Wanita yang baru berusia 19 tahun itu Papa perkenalkan padaku sebagai ibu tiriku. Dan sejak saat itu aku harus memanggilnya Mamie.

Aku yang merasa sangat disayangi oleh Papa, tidak pernah complain dengan kenyataan ini.

Memang aku sering mendengar tentang kejamnya ibu tiri. Tapi ternyata aku mendapatkan ibu tiri yang sangat lembut dan baik sekali padaku. Karena itu aku tak punya alasan untuk tidak menghormati ibu tiri yang sudah dibiasakan kupanggil Mamie itu, sebagai pengganti Mama kandungku.

Aku pun lalu tahu bahwa aku ini anak bungsu Papa. Karena sebelum menikah dengan Mama, Papa sudah menikah dua kali. Dari perkawinan sebelumnya itu Papa mendapatkan dua orang anak perempuan. Tapi kedua - duanya sudah pada punya suami. Aku hanya pernah berjumpa dua kali dengan kedua kakak seayah berlainan ibu itu, pada saat aku baru duduk di TK dan ketika Papa sudah membawa Mamie ke dalam rumah ini.

Kakak seayahku yang pertama bernama Susie. Sedangkan kakak seayah yang kedua bernama Nindie. Karena aku orang Jabar, aku memanggil mereka Teh Susie dan Teh Nindie.

Aku masih ingat benar, pada kedatangan yang kedua itu, kakak - kakak seayahku menasehatiku agar jangan nakal, karena aku tidak tinggal bersama ibu kandung lagi. Mudah - mudahan aja Mamie menyayangimu, kata Teh Susie saat itu.

Dalam kenyataannya Mamie memang sangat baik padaku. Memarahiku pun tidak pernah. Bahkan aku merasa dimanjakan olehnya, baik dalam membelikan pakaian mau pun membelikan coklat atau permen buatku. Ketika Mamie tahu aku ini senang baca komik, dia pun membelikanku beberapa buah buku komik yang sangat kusukai.

“Iya Mam,” sahutku saat itu.

Tadinya kupikir kebaikan Mamie hanya bermuka - muka, agar Papa makin sayang padanya. Tapi ternyata tidak seperti itu. Setiap kali Papa bertugas ke luar kota dan terkadang menginap sampai 3 - 4 malam di luar kota, Mamie malah semakin baik padaku. Bahkan boleh dibilang Mamie itu sangat memanjakanku pada saat Papa di luar kota.




Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)
To Top